Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Minggu, 23 Oktober 2022

Jurnal Refleksi Loka karya 2: Pengenalan visi misi guru penggerak dan Budaya Positif

 Jumat, 7 Oktober  2022

 

Loka karya 2 meleset dari jadwal awal. Menurut  jadwal harusnya loka karya 2 berlangsung tanggal 10 Oktober 2022. Namun, jadwal diajukan menjadi tanggal 7 Oktober 2022. Ini terkesan mendesak sehingga saya harus lebih sigap mengikuti dinamika perubahan rencana kegiatan.

Loka karya 2 dilaksanakan setelah pendampingan individu 2. Pendampingan individu 2 pada tanggal 3 oktober 2022. PI 2 menjadi pengantar menuju loka karya 2. Sesi kegiatan ini Nampak pemadatan jadwal kegiatan. Harapannya, saya sabar serta di beri kesehatan dalam menjalankan kegiatan.

Surat undangan kegiatan loka karya sudah muncul dalam grup wa PGP Angkatan 5 kabuoaten Banyumas. Isi surat jelas memberikan amanat kegiatan loka karya 2 di SMP N 1 Baturaden. Membaca surat undangan ini, saya tersenyum. Loka karya 2 memang beda. Sebelumnya kegiatan di pusat kota. Kini, agak menepi sedikit menuju lereng Gunung Slamet. Bayangan mulai muncul dalam benak, ini kan musim hujan yah…?

Saya berusaha membantah pemikiran sendiri. Saya harus siap apa pun resikonya. Esoknya, say berangat menuju SMP N 1 Baturaden dengan di pandu google maps. Perjalanan dari rumah lancar. Memasuki kota padanya lalu lintas mulai terasa. Dari jalan Masjid alun-alun hingga UIN SAIZU, SPN dan Purwosari jalan sangat padat. Alhamdulillah perlahan dengan merayap punggung Gunung Slamet bersama Xenia XI 2008, sampai di SMP N 1 Baturaden.

Jam 08.00 WIB peserta mulai memasuki ruang kelas. Saya masuk kelas H. dalam kelas ini terdapat tiga kelompok di mana masing kelompok memiliki satu pendamping pengajar praktik. Satu kelompoknya terdiri 6 peserta guru penggerak. Di kelas H mendapatkan pembinaan bersama PP Pak Didi, Pak Sugito, dan Pak Aris.

Setelah kegiatan di buka, peserta membentuk kelompok di pandu oleh PP. kelompok yang di bentuk secara random menjadikan kami harus berbaur dengan kelompok lain. Di sinilah kami mempresentasikan visi guru penggerak yang sudah kami susun berdasarkan tahapan Bagja. Saya mendengarkan secara aktif presentasi yang disampaikan anggota lainnya. Saya menjadi menangkap ide baru bagaimana mengembangkan visi serta berkolaborasi dengan rekan dalam mencapai tujuan.

Duduk bersama dalam komuniats seperti ini ternyata dapat menumbuhkan energy positif. Jika saya sering suntuk karena bingung mencari alternative untuk memecahkan kasus. Maka setelah duduk bersama ada banyak inspirasi yang bisa dijadikan rujukan untuk mengembangkan potensi menjadi lebih baik lagi.

Bersama peserta GP saya mengerti betapa pentingnya menghargai pendapat orang lain. Tak kalah penting juga apresiasi terhadap usaha orang lain bukan menghakimi apalagi merendahkan. Apapun itu yang ditampilkan, bahwa setiap orang sudah berusaha sesuai dengan batas kemampuannya. Mereka pantas mendapatkan apresiasi bukan celaan. Mereka butuh umpan balik yang konstruktif bukan destruktif.

Mungkin kita punya parameter bahwa sesuatu yang dinilai baik apabila memenuhi parameter kita. Namun, hidup bukan seperti itu. Di mana penilaian harus sesuai harapan kita. Justru ini bagaimana kita mnerima kenyataan hidup untuk menghargai proses. Karena penilaian bukan hanya tentang hasi tapi proses. Proses untuk menghargai kekurangan dan kelebihan manusia.

Saya menjadi optimis untuk menghadapi tantangan ke depan. Diklat ini memang baru berjalan 50%. Tetapi saya yakin, jika bersama dengan orang seperti ini langkah menjadi ringan. Nantinya, saya mau lebih komunikatif untuk menjalin kerja sama dengan rekan maupun pimpinan. Tantangan yang kompleks tidak akan selesai jika hanya di tanggung sendiri. Saya harus berkolaborasi.

Pada sesi berikutnya yaitu setelah Jumatan. Saya dikembalikan pada kelompok awal bersama PP Pak Sugito. Saya memasuki presentasi materi budaya positif. Bagaimana disiplin postif menjadi keyakinan kelas terbentuk. Kemudian bagaimana melakukan restitusi. Yang jelas tidak ada hukuman. Adanya konsekuensi atau apresiasi. Ada kesepkatan kelas juga ada keyakinan kelas.

Tahapan ini kami beraksi bagaiman membentuk keyakinan kelas. Ini berawal dari penyusunan peraturan kelas. Kemudian mengubah peraturan kelas menjadi kalimat positif. Setiap anggota kelompok berperan dalam kegiatan ini. Hingga kahir sesi saya mensimulasikan bagaimana restitusi terhadap siswa.

Setelah melakukan kegiatan ini saya mendapatkan pemahaman bagaimana sebaiknya peraturan kelas di buat menjadi keyakinan kelas. Awalnya kesepakatan kelas menjadi keyakinan kelas. Keyakinan kelas harus menggunakan kalimat positif, misalnya kata jangan harus dihindari. Kata jangan di ubah dengan bunyi kalimat lainyang bermakna positif. Ketika terjadi pelanggaran maka restitusi dilakukan terhadap peserta didik. Ini bukan untuk menghukum murid tetapi mengembalikan harkat murid agar menyadari kesalahan dan menemukan solusi untuk menjadi lebih baik lagi.

Saya ingin lebih konsiten menerapkan praktik budaya positif mauoun restutusi terhadap murid. Murid sudah saatnya mendapatkan pengalaman yang baik agar menemukan kodratnya. Karena proses yang harus dilalui murid masih panjang. Mereka harus mendapatkan pendidikan yang berpihak pada murid.  Maka, proses yang dilalui adalah proses yang menyenangkan dan menuntun pada keselamatan bukan kekerasan verbal, fisik maupun psikis.





 

 

0 komentar:

Posting Komentar