Jumat, 7 Oktober 2022
Loka
karya 2 meleset dari jadwal awal. Menurut
jadwal harusnya loka karya 2 berlangsung tanggal 10 Oktober 2022. Namun,
jadwal diajukan menjadi tanggal 7 Oktober 2022. Ini terkesan mendesak sehingga
saya harus lebih sigap mengikuti dinamika perubahan rencana kegiatan.
Loka
karya 2 dilaksanakan setelah pendampingan individu 2. Pendampingan individu 2
pada tanggal 3 oktober 2022. PI 2 menjadi pengantar menuju loka karya 2. Sesi
kegiatan ini Nampak pemadatan jadwal kegiatan. Harapannya, saya sabar serta di
beri kesehatan dalam menjalankan kegiatan.
Surat
undangan kegiatan loka karya sudah muncul dalam grup wa PGP Angkatan 5
kabuoaten Banyumas. Isi surat jelas memberikan amanat kegiatan loka karya 2 di
SMP N 1 Baturaden. Membaca surat undangan ini, saya tersenyum. Loka karya 2
memang beda. Sebelumnya kegiatan di pusat kota. Kini, agak menepi sedikit
menuju lereng Gunung Slamet. Bayangan mulai muncul dalam benak, ini kan musim
hujan yah…?
Saya
berusaha membantah pemikiran sendiri. Saya harus siap apa pun resikonya.
Esoknya, say berangat menuju SMP N 1 Baturaden dengan di pandu google maps.
Perjalanan dari rumah lancar. Memasuki kota padanya lalu lintas mulai terasa.
Dari jalan Masjid alun-alun hingga UIN SAIZU, SPN dan Purwosari jalan sangat
padat. Alhamdulillah perlahan dengan merayap punggung Gunung Slamet bersama
Xenia XI 2008, sampai di SMP N 1 Baturaden.
Jam
08.00 WIB peserta mulai memasuki ruang kelas. Saya masuk kelas H. dalam kelas
ini terdapat tiga kelompok di mana masing kelompok memiliki satu pendamping
pengajar praktik. Satu kelompoknya terdiri 6 peserta guru penggerak. Di kelas H
mendapatkan pembinaan bersama PP Pak Didi, Pak Sugito, dan Pak Aris.
Setelah
kegiatan di buka, peserta membentuk kelompok di pandu oleh PP. kelompok yang di
bentuk secara random menjadikan kami harus berbaur dengan kelompok lain. Di
sinilah kami mempresentasikan visi guru penggerak yang sudah kami susun
berdasarkan tahapan Bagja. Saya mendengarkan secara aktif presentasi yang
disampaikan anggota lainnya. Saya menjadi menangkap ide baru bagaimana
mengembangkan visi serta berkolaborasi dengan rekan dalam mencapai tujuan.
Duduk
bersama dalam komuniats seperti ini ternyata dapat menumbuhkan energy positif.
Jika saya sering suntuk karena bingung mencari alternative untuk memecahkan
kasus. Maka setelah duduk bersama ada banyak inspirasi yang bisa dijadikan
rujukan untuk mengembangkan potensi menjadi lebih baik lagi.
Bersama
peserta GP saya mengerti betapa pentingnya menghargai pendapat orang lain. Tak kalah
penting juga apresiasi terhadap usaha orang lain bukan menghakimi apalagi
merendahkan. Apapun itu yang ditampilkan, bahwa setiap orang sudah berusaha
sesuai dengan batas kemampuannya. Mereka pantas mendapatkan apresiasi bukan
celaan. Mereka butuh umpan balik yang konstruktif bukan destruktif.
Mungkin
kita punya parameter bahwa sesuatu yang dinilai baik apabila memenuhi parameter
kita. Namun, hidup bukan seperti itu. Di mana penilaian harus sesuai harapan
kita. Justru ini bagaimana kita mnerima kenyataan hidup untuk menghargai
proses. Karena penilaian bukan hanya tentang hasi tapi proses. Proses untuk
menghargai kekurangan dan kelebihan manusia.
Saya
menjadi optimis untuk menghadapi tantangan ke depan. Diklat ini memang baru
berjalan 50%. Tetapi saya yakin, jika bersama dengan orang seperti ini langkah
menjadi ringan. Nantinya, saya mau lebih komunikatif untuk menjalin kerja sama
dengan rekan maupun pimpinan. Tantangan yang kompleks tidak akan selesai jika
hanya di tanggung sendiri. Saya harus berkolaborasi.
Pada
sesi berikutnya yaitu setelah Jumatan. Saya dikembalikan pada kelompok awal
bersama PP Pak Sugito. Saya memasuki presentasi materi budaya positif.
Bagaimana disiplin postif menjadi keyakinan kelas terbentuk. Kemudian bagaimana
melakukan restitusi. Yang jelas tidak ada hukuman. Adanya konsekuensi atau
apresiasi. Ada kesepkatan kelas juga ada keyakinan kelas.
Tahapan
ini kami beraksi bagaiman membentuk keyakinan kelas. Ini berawal dari
penyusunan peraturan kelas. Kemudian mengubah peraturan kelas menjadi kalimat
positif. Setiap anggota kelompok berperan dalam kegiatan ini. Hingga kahir sesi
saya mensimulasikan bagaimana restitusi terhadap siswa.
Setelah
melakukan kegiatan ini saya mendapatkan pemahaman bagaimana sebaiknya peraturan
kelas di buat menjadi keyakinan kelas. Awalnya kesepakatan kelas menjadi
keyakinan kelas. Keyakinan kelas harus menggunakan kalimat positif, misalnya
kata jangan harus dihindari. Kata jangan di ubah dengan bunyi kalimat lainyang
bermakna positif. Ketika terjadi pelanggaran maka restitusi dilakukan terhadap
peserta didik. Ini bukan untuk menghukum murid tetapi mengembalikan harkat
murid agar menyadari kesalahan dan menemukan solusi untuk menjadi lebih baik
lagi.
Saya
ingin lebih konsiten menerapkan praktik budaya positif mauoun restutusi
terhadap murid. Murid sudah saatnya mendapatkan pengalaman yang baik agar
menemukan kodratnya. Karena proses yang harus dilalui murid masih panjang.
Mereka harus mendapatkan pendidikan yang berpihak pada murid. Maka, proses yang dilalui adalah proses yang
menyenangkan dan menuntun pada keselamatan bukan kekerasan verbal, fisik maupun
psikis.
0 komentar:
Posting Komentar