Dalam keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran.
Sesulit apapun keputusan
yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang
pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak
pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab
terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil, sebagaimana
digambarkan dalam gambar berikut:
Ketika
kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar
yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan,
kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup.
Secara
umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika
yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini. Ini adalah paradigma sebelum kita mengambil keputusan:
1.
Individu lawan kelompok (individual vs community)
2.
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3.
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Silakan Anda membaca 3 (tiga) pernyataan di bawah ini:
- Melakukan,
demi kebaikan orang banyak.
- Menjunjung
tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda.
- Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Anda.
Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi pengambilan suatu
keputusan yang mengandung dilemma etika?
Ketiga prinsip tersebut adalah:
- Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Konsep Pengambilan dan
Pengujian Keputusan Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji
keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral
yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat Anda lakukan. Anda dapat memilih salah
satu dari kasus-kasus yang telah dibahas sebelumnya di modul ini untuk Anda
gunakan sebagai contoh.
1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
Mengapa
langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, alih-alih langsung mengambil
keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama, penting bagi kita untuk
mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi. Kedua, penting bagi kita
untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betulbetul berhubungan
dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun
dan norma sosial. Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu
berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu
mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan
kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan
tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang
kita hadapi.
2. Menentukan siapa
yang terlibat dalam situasi ini.
Bila
kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita
hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau
permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena
kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya
merasa terpanggil.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
Proses
pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa
yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang
akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.
Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun
ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut,
sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu
dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita
juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi
di waktu yang akan datang.
4. Pengujian benar atau
salah
a. Uji Legal Pertanyaan penting di uji legal ini adalah
apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah
iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika),
namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil
dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan
ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
b. Uji Regulasi/Standar Profesional Bila situasi yang
dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di
dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di
dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi
sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon
pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa
dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan
respek sehubungan dengan profesi Anda.
c. Uji Intuisi Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan
dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.
Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai.
Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan
dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan
jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk
banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang
melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
d. Uji Publikasi Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan
ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media
sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi
konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa
tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan
salah atau bujukan moral.
e. Uji Panutan/Idola Dalam langkah ini, Anda akan
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan
Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda,
namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah
orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.
Yang
perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan
prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir
berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang
konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. Uji publikasi,
sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan
prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini
berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada
posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah
satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan
mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda
karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan
moral yaitu benar atau salah.
5. Pengujian Paradigma
Benar lawan Benar.
Dari
keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang
sedang Anda hadapi ini?
-
Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
-
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
-
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Pentingnya
mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun
membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betul-betul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang samasama penting.
6. Melakukan Prinsip
Resolusi
Dari 3
prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi
Trilema
Dalam
mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang
kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada. Kita bisa
bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir
sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan
masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
8. Buat Keputusan
Akhirnya
kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang
membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan
dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil.
Lihat
kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan
acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Perlu kita ingat bahwa
9 langkah pengambilan
keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya.
Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar
semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin
terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan
keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada
nilai-nilai kebajikan universal. Artikel disarikan dari Buku “How Good People
Make Tough Choices: Resolving the Dilemmas of Ethical Living, Rushworth
M.Kidder, 1995, USA: HarperCollins Publishers
Dalam proses
pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan, keterampilan yang telah Bapak Ibu pelajari pada modul-modul
sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching,
karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi
dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan
melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.
Selain keterampilan coaching,
untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management),
kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan
sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan
seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan
berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Dilema etika (benar vs benar) adalah situasi yang terjadi ketika
seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar
tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral (benar vs salah)
yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara
benar dan salah
Nilai-nilai
kebijakan:
·
Toleransi
·
Rasa Hormat
·
Integritas
·
Mandiri
·
Menghargai
·
Antusias
·
Empati
·
Keingintahuan
·
Kreativitas
·
Kerja sama
·
Percaya Diri
·
Komitmen
0 komentar:
Posting Komentar