Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Selasa, 18 Oktober 2022

Guru Penggerak: Kasus dalam diskusi Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin

 Kasus 1

Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?

 

Tanggapan:

Saran yang akan saya berikan pada Pak Frans adalah Pak Frans untuk melakukan pendekatan, bicara dari hati ke hati dengan ayahnya Andreas. Mengajak ayah Andreas untuk saling berbicara tentang pentingnya pendidikan untuk anak, tentunya setelah kondisi mendingin. Kasus ini menurut saya termasuk bujukan moral, karena Andreas lebih memilih tetap bersekolah dan tidak mau pulang kerumah apalagi kondisi ayahnya yang membawa parang ke sekolah, seolah ada ancaman. Jadi harus segera mengambil keputusan terbaik dan tidak ada pilihan lain. Nilai yang bertentangan adalah nilai keamanan dan kasih sayang. Penggunaan senjata tajam mengindikasikan adanya perbuatan yang tidak menyenangkan. Ini harus segera diselesaikan secara kekeluargaan dengan berkomunikasi baik dengan ayah Andreas, jika belum berhasil bisa melibatkan pihak ketiga sebagai penengah. Andreas tetap  untuk tinggal di sekolah ikut pembelajaran, kemudian permasalahan orang tua segera diselesaikan. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), karena Andreas masih berusia seorang pelajar yang kewajibannya adalah belajar bukan bekerja.

KASUS 2

Ibu Azizah adalah kepala sekolah SMP Tunas Bangsa. Ia adalah seorang kepala sekolah yang memiliki integritas dan komitmen yang tinggi. Ia memiliki hubungan profesional yang baik dengan Ibu Dani, Kepala SMA Nusantara. Mereka seringkali berkomunikasi dan bekerjasama sehubungan dengan program-program pendidikan baik di sekolah Ibu Azizah sendiri maupun sekolah Ibu Dani. Baru-baru ini Ibu Azizah terpilih menjadi ketua MKKS-Musyawarah Kerja Kepala Sekolah. Ibu Dani pun terpilih menjadi bendahara MKKS. Awalnya semua program MKKS dibawah kepemimpinan Ibu Azizah berjalan dengan baik sampai pada saatnya diadakan rapat evaluasi semester 1, dimana Ibu Azizah harus memberikan laporan pada Dewan Pembina MKKS, termasuk laporan keuangan. Ibu Azizah pun meminta laporan keuangan pada bendahara yaitu Ibu Dani. Dua minggu sebelum rapat evaluasi, Ibu Azizah pun sibuk mempersiapkan dokumen[1]dokumen laporan yang dibutuhkan, termasuk dokumen yang berhubungan dengan keuangan. Ia pun menghubungi Ibu Dani, saat itulah Ibu Azizah mengetahui bahwa selama ini Ibu Dani menggunakan sebagian uang MKKS untuk pengobatan putrinya yang sedang sakit dan memerlukan pengobatan yang mahal. Ibu Dani berjanji bahwa uang tersebut akan segera digantikan sebelum rapat evaluasi tiba. Ibu Azizah sebetulnya ragu akan hal tersebut mengingat jumlah uang yang cukup besar. Namun Ibu Dani meminta Ibu Azizah untuk berjanji untuk tidak memberitahu siapapun tentang tindakannya. Apa yang akan dilakukan Anda bila berada di posisi Ibu Azizah, dan mengapa?

Tanggapan:

Menurut saya Bu Azizah dan Bu Dani sesegera mungkin membuat komitmen dan kesepakatan secara tertulis ada hitam di atas putih sebagai bukti bahwa pengembalian itu akan dilakukan. Kecuali sampai hari di mana yang sudah disepakati bu Dani tidak kunjung mengembalikan mungkin sudah harus ada tindakan lebih lanjut. Upaya itu semata-mata demi kemanusiaan. Kasus ini berkaitan dengan paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy).  Nilai yang bertentangan terjadi pada persahabatan dan kemanusiaan yang dihadapkan dengan rasa tanggung jawab serta professional. Terdapat  unsur pelanggaran hukumnya, ada pelanggaran profesi juga.  Kekeliruannya adaalah kurang adanya transparansi sistem kepengurusan. Seandainya kepengurusan sering melakukan checking atau program evaluasi bulanan mungkin permasalahan bu Dani dapat dibantu oleh teman-teman. Tentunya tidak nyaman, karena ini permasalahan yang sangat sensitive. Mungkin akan membantu mencarikan solusi untuk bu Dani agar semuanya terselamatkan, baru setelahnya berusaha berdiskusi dengan bu Dani agar tidak ada pengulangan untuk kejadian seperti ini. Sementara Bu Dani masih fokus untuk segera menyelesaikan keuangannya dulu karena laporan harus segera disampaikan kepada selurug anggota. Mencarikan solusi bersama untuk permasalahan keuangan karenan laporan itu bentuknya tanggung jawab dan professional. Baru setelahnya melakukan tahapan coaching terkait permasalahan putrinya bu Dani. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking), karena bagaimanapun sebagai bentuk rasa kemanusiaan kita juga akan merasakan rasa yang sama jika berada di posisi tersebut.

 

Kasus 3

4 hari lagi adalah hari pembagian rapor Semester 1 di SMA Penggerak Bangsa. Sebelumnya, semua guru telah menyerahkan daftar nilai murid-murid pada pelajaran yang diampunya pada kepala sekolah, Ibu Rosdiana. Ibu Rosdiana adalah Kepala Sekolah yang baru bertugas di SMA Penggerak Bangsa di tahun ajaran ini. 

Hari ini Ibu Rosdiana mengadakan rapat guru.  Ia membuka pertemuan dengan berterima kasih atas kerja keras para guru dalam mengajar murid-murid selama ini dan juga telah mengumpulkan nilai rapor dengan tepat waktu. Kemudian ia menyampaikan bahwa secara umum, nilai rapor yang diberikan oleh guru-guru terlalu rendah dan tidak mencukupi untuk mendukung murid-murid masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui jalur nilai rapor atau jalur tanpa tes. Ia dengan tegas menyatakan, kalau nilai rapor tetap seperti itu, maka murid-murid SMA Penggerak Bangsa sampai kapan pun tidak pernah bisa diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. Ia juga menyatakan bahwa salah satu target kerjanya di SMA Penggerak Bangsa adalah membuat 25% murid diterima di PTN dengan jalur rapor. Oleh karena itu, sejak murid-murid di kelas 10, nilai rapor mereka harus dibuat baik, dan menunjukkan grafik peningkatan.

Ibu Rosdiana akhirnya meminta guru-guru untuk menaikkan nilai murid-murid 10 poin, maka bila nilai murid 70 maka akan menjadi 80, dan seterusnya, demi membantu masa depan murid-murid, dan juga demi nama baik sekolah agar kepercayaan masyarakat meningkat bila banyak murid-murid sekolah ini yang diterima di PTN dengan jalur nilai rapor. 

Bila Anda berada di posisi Ibu Rosdiana, apakah Anda akan melakukan hal yang sama atau berbeda? Apa alasannya?

Tanggapan:

Jika saya berada di posisi Ibu Rosdiana saya akan melakukan hal berbeda, saya akan melakukan hal yang lebih terencana. Memang betul target masuk ke PTN dengan jalur rapot bagus untuk kita wujudkan, namun tidak dengan memberikan nilai yang instan seperti itu. Salah satunya dengan membuat program-program keberlanjutan bagi murid. Diawali dari angket atau penelusuran peminatan murid, penelusuran  keluarga, dll, sampai ke perlakuan program khusus agar yang berminat ikut jalur tersebut benar-benar mendapatkannya dengan sungguh-sungguh. Kasus ini menurut saya masuk ke bujukan moral. Adapun nilai yang bertentangan adalah kejujuran. Tidak ada pelanggaran hukum namun ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi. Tindakan seperti ini justru akan membuat nama sekolah manjadi  tercoreng. Pembuatan program yang terukur dan terencana diharapkan akan menjadi lebih baik dalam menyiapkan murid yang siap bersaing di PTN. Prinsip yang digunakan adalah berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), karena peraturan yang sudah disepakati sudah seharusnya dilaksanakan bersama, kecuali ada kendala seperti hal diluar kendali atau darurat, atau lainnya yang sangat genting.

 

Kasus 4

Sejak pandemi covid-19 melanda dunia, seluruh lini kehidupan manusia terpengaruh, tidak terkecuali dunia pendidikan. Proses belajar mengajar beralih dilakukan dengan cara daring. Dunia bisnis secara keseluruhan juga terkena imbasnya. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan berkurang pendapatannya. Hal ini membuat beberapa orangtua murid memindahkan sekolah anak-anaknya ke sekolah yang lebih murah atau menunda menyekolahkan anak-anaknya, terutama di jenjang pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak. Banyak TK dan Kelompok Bermain yang menjadi kekurangan murid, tak terkecuali TK dan Taman Bermain Pelangi. Jumlah murid yang telah mendaftar untuk tahun ajaran depan menurun drastis bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.  Kepala sekolah, Ibu Marina, pun harus membuat keputusan yang sulit dalam hal pengelolaan anggaran sumber daya manusia. Dengan turunnya jumlah murid, yayasan menetapkan 5 dari 10 gurunya perlu diberhentikan, agar biaya operasional bulanan sekolah tetap aman dan agar institusi tetap dapat bertahan dalam masa pandemi.  Dalam hati kecilnya, sangat berat bagi Ibu Marina untuk melakukan ini, ia tidak tega membayangkan beberapa gurunya akan kehilangan pekerjaan, apalagi di masa-masa sulit pandemi ini. Namun ia juga paham bahwa ia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dari TK dan Kelompok Bermain yang ia pimpin agar tetap dapat bertahan. Ia pun perlu mengurangi jumlah karyawan agar tetap mampu membayar gaji mereka. Bila Anda berada dalam posisi Ibu Marina, apa yang akan Anda lakukan? Karyawan mana yang akan anda berhentikan, kriteria apa yang akan Anda gunakan? Apa alasannya?

 

Tanggapan:

Jika saya diposisi Ibu Marina, saya akan melakukan musyawarah luar biasa, karena ada hal sangat penting dan  sensitif yaitu mengenai hak dari suatu pekerjaan. Dan memastikan hasil dari musyawarah nantinya benar-benar dapat menjadi solusi yang solutif serta  wajib untuk disepakati bersama. Terdapat dilema etika paradigma  jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) dan paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan. Nilai-nilai yang bertentangan ada pada nilai kemanusiaan. Tidak ada pelanggaran hukum maupun kode etik guru. Hal ini  memang karena keadaan dan kondisi yang benar-benar harus memaksa adanya solusi yang mungkin menyakitkan untuk diterima oleh beberapa orang. Permasalahan ini tentu membuat tidak nyaman, namun tidak perlu diekspos ke luar. Jika saya diposisi bu Marina juga akan mengambil hal yang sama mengingat kondisi pandemic agar sekolah tetap berjalan dan bisa membayar guru yang bekerja. Sambil membuat terobosan atau inovasi program agar bisa bangkit lagi seperti awal. Prinsip yang digunakan adalah berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), karena sangat kasihan apabila pemberhentian itu benar-benar terjadi, dan saya juga akan merasakan hal yang sama jika yang diberhentikan adalah diri saya.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar