Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Senin, 10 Oktober 2022

Guru Penggerak: Ruang Kolaborasi 1 Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Ruang Kolaborasi 1

Rabu, 28 September 2022 pukul 13.00-16.00 WIB.

Coaching untuk supervisi akademik.

Sebuah pesan:

"Ada kemungkinan setelah program ini akan direkrut menjadi kepala sekolah dan pengawas. Jadi nanti ga ada rekrutmen khusus. Lulusan penggerak. Kalian akan menjadi bidikan pertama."

"Bener2 belajar menjadi coach yang baik. Ilmu ini sangat bermanfaat."

Di coach hanya menggiring saja. Tidak harus mahir di keilmuan. Ini hanya strategi keilmuan. Coach menjadi penting karena selama ini disinyalir dalam menyelsaikan masalah/memberi masukan tidak tepat. Terkesn menekan.

Coaching untuk anak kecil dengan dewasa tentu beda. Coaching cenderung untuk kesetaraan. Alu tirta hanya ntuk anak yang sudah bicara. Coach tidak boleh menjawab pertanyaan hanya mendampingi dan memantik. Coach tidak menjudge, bahkan alternative pilihan yang diambil adalah keputusannya bukan pandangan kita. Konsep coaching kalau diterapkan maka bisa jd motivator.

Demonstrasi kontekstual dilakukan kelompok. Satu orang sebagai coach, coache n pengamat.

Terdapat sejumlah model dalam mengatasi permasalahan murid, termasuk meningkatkan dan mengembangkan potensi mereka, salah satunya adalah TIRTADi dalamnya, ada tahapan untuk meng-coach murid yang tidak lain merupakan akronim dari TIRTA itu sendiri, yakni Tjuna, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab.aku pertanyaan 2:

kegiatan diawali dengan Tanya jawab:

apa itu alur tirta?

Mengapa coaching itu penting?

coaching itu penting karena sebagai sarana interaksi, sharing, kontrol sekaligus umpan balik atau masukan bagi coache. manusia dalam hal ini guru tentu memiliki blin spot atau titik buta yang tidak bisa dilihat oleh dirinya sendiri. disinilah diperlukan coaching untuk memberi masukan sehingga guru bisa melakukan evaluasi akan kekurangannya. coaching yang terstruktur dan sistematis tentunya akan menghasilkan budaya positif bagi coache sekaligus menumbuhkan kompetensi sosial dan emosional

 

kalau dulu guru sebagai pelatih/pengajar sedangkan guru sekarang adalah coaching.

Coaching dengan teman sejawat jauh lebih sulit dibandingkan dengan bawahan.

Scenario pembelajaran hari ini dibagi 4 kelompok. Nanti simulasi sebagai coach dan coache.

TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW modelGROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching.  Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.


TIRTA kepanjangan dari

T:Tujuan

I:Identifikasi
R:Rencanaaksi
TA: Tanggung jawab


Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Tugas Anda adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.

Dengan demikian, bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.


0 komentar:

Posting Komentar