Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3: Modul 1.4 Budaya Positif
Mingggu
ke 3 bulan Agustus, tepatnya 15 Agustus 2022, saya mulai memasuki modul 1.4
Budaya positif. Kegiatan pembelajaran berjalan bertahap di mulai dengan mode
mandiri yaitu eksplorasi konsep. Eksplorasi konsep merupakan tahap untuk
mendapatkan pengetahuan awal tentang budaya dan lingkungan positif sekolah. eksplorasi
konsep mandiri mengenai perubahan paradigma, konsep disiplin positif dan
motivasi, keyakinan kela, pemenuhan kebutuhan dasar, posisi control serta
segitiga restitusi. Eksplorasi konsep berjalan lancar.
Berlanjut
kegiatan ruang kolaborasi pada tanggal 18, 19 agustus dan 22 agustus 2022.
Berlanjut elaborasi konsep. Ruang kolaborasi berlanjut dengan fasilitator, pengajar
praktik serta cgp.
Saat
mengikuti ruang kolaborasi saya merasa tidak nyaman karena sedang berlangsung
lomba perayaan hari kemrdekaan RI 77. Bunyi sound system serta teriakkan riuh
peserta lomba menambah kebisingan. Apalagi saya lupa membawa headset sehingga
jalannya meeting semakin tidak nyaman.
Banyak
materi menarik dari instruktur yang tidak terserap maksimal. Untuk mengurangi
kebisingan terpaksa saya matikan speaker pada aplikasi google meet. Meskipun
tidak maksimal, saya berharap bisa mengurangi efek bising pada peserta meeting
di ruang kolaborasi.
Saat
kolaborasi saya merasa bahagia karena mendapatkan ide segar. Ide yang rekan
berikan berikan memotivasi saya untuk melakukan hal yang lenih baik lagi. Saya
melakukan kolaborasi untuk menyelsaikan masalah bersama kemudian
memresentasikan melalui google meet. Ada rasa dag dig dug ketika menyajikan
materi. Perasaan itu muncul karena masih kaku menyajikan materi secara daring.
Meski
perasaan tidak percaya diri muncul, saya sangat bersyukur karena bertambah
wawasan, memiliki rekan yang inspiratif. Saya yakin bisa menerapkan materi ini
di sekolah. sehingga tidak ada lagi hukuman apalagi membuat siswa tidak nyaman.
Perlu ada perubahan mindset sebagai guru dalam menghadapi permasalahan siswa.
Guru harus berpihak pada siswa. Kalau dulu guru stimulus respon ketika ada
masalah dengan memberi hukuman. Sekarang guru harus bisa ambil posisi kontrol.
Disiplin lahir dari motivasi intrinsik.
Berdasarkan
materi seperti segitiga restitusi serta posisi control. Saya ingin
menyederhanakan materi tersebut bahwa pola restitusi yang bisa diambil saat
terjadi pelanggaran disiplin sebenarnya sebagai bentuk pendampingan.
Pendampingan terhadap anak yang melakukan salah. Ini bukan untuk memberi
hukuman melainkan menggali informasi kenapa siswa melakukan salah.
Agar
mendapatkan motivasi terjadinya pelanggaran karena setiap siswa pasti ada
alasan melakukan pelanggaran dibutuhkan kesabaran mengikuti alur siswa. Bukan
memaksa siswa agar mengakui sesuai kehendak guru. Pendampingan penuh sabar berkata
lembut bukan merendahkan akan membuat siswa nyaman.
Jika
nyaman terbetuk siswa akan terbuka mengakui latar belakang melakukan salah.
Terbuka dan sadar mengakui salah sebagai bentuk adanya kebutuhan dasar yang
tidak terpenuhi/motivasi intrinsik. Ini menjadi langkah awal restitusi,
sehingga saya akan mudah melakukan konstruksi terhadap siswa yang salah.
0 komentar:
Posting Komentar