Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Selasa, 30 Agustus 2022

Guru Penggerak; Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3: Modul 1.4 Budaya Positif

 Sabtu, 27 Agustus 2022

Mingggu ke 3 bulan Agustus, tepatnya 15 Agustus 2022, saya mulai memasuki modul 1.4 Budaya positif. Kegiatan pembelajaran berjalan bertahap di mulai dengan mode mandiri yaitu eksplorasi konsep. Eksplorasi konsep merupakan tahap untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang budaya dan lingkungan positif sekolah. eksplorasi konsep mandiri mengenai perubahan paradigma, konsep disiplin positif dan motivasi, keyakinan kela, pemenuhan kebutuhan dasar, posisi control serta segitiga restitusi. Eksplorasi konsep berjalan lancar.

Berlanjut kegiatan ruang kolaborasi pada tanggal 18, 19 agustus dan 22 agustus 2022. Berlanjut elaborasi konsep. Ruang kolaborasi berlanjut dengan fasilitator, pengajar praktik serta cgp.

Saat mengikuti ruang kolaborasi saya merasa tidak nyaman karena sedang berlangsung lomba perayaan hari kemrdekaan RI 77. Bunyi sound system serta teriakkan riuh peserta lomba menambah kebisingan. Apalagi saya lupa membawa headset sehingga jalannya meeting semakin tidak nyaman.

Banyak materi menarik dari instruktur yang tidak terserap maksimal. Untuk mengurangi kebisingan terpaksa saya matikan speaker pada aplikasi google meet. Meskipun tidak maksimal, saya berharap bisa mengurangi efek bising pada peserta meeting di ruang kolaborasi.

Saat kolaborasi saya merasa bahagia karena mendapatkan ide segar. Ide yang rekan berikan berikan memotivasi saya untuk melakukan hal yang lenih baik lagi. Saya melakukan kolaborasi untuk menyelsaikan masalah bersama kemudian memresentasikan melalui google meet. Ada rasa dag dig dug ketika menyajikan materi. Perasaan itu muncul karena masih kaku menyajikan materi secara daring.

Meski perasaan tidak percaya diri muncul, saya sangat bersyukur karena bertambah wawasan, memiliki rekan yang inspiratif. Saya yakin bisa menerapkan materi ini di sekolah. sehingga tidak ada lagi hukuman apalagi membuat siswa tidak nyaman. Perlu ada perubahan mindset sebagai guru dalam menghadapi permasalahan siswa. Guru harus berpihak pada siswa. Kalau dulu guru stimulus respon ketika ada masalah dengan memberi hukuman. Sekarang guru harus bisa ambil posisi kontrol. Disiplin lahir dari motivasi intrinsik.

Berdasarkan materi seperti segitiga restitusi serta posisi control. Saya ingin menyederhanakan materi tersebut bahwa pola restitusi yang bisa diambil saat terjadi pelanggaran disiplin sebenarnya sebagai bentuk pendampingan. Pendampingan terhadap anak yang melakukan salah. Ini bukan untuk memberi hukuman melainkan menggali informasi kenapa siswa melakukan salah.

Agar mendapatkan motivasi terjadinya pelanggaran karena setiap siswa pasti ada alasan melakukan pelanggaran dibutuhkan kesabaran mengikuti alur siswa. Bukan memaksa siswa agar mengakui sesuai kehendak guru. Pendampingan penuh sabar berkata lembut bukan merendahkan akan membuat siswa nyaman.

Jika nyaman terbetuk siswa akan terbuka mengakui latar belakang melakukan salah. Terbuka dan sadar mengakui salah sebagai bentuk adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi/motivasi intrinsik. Ini menjadi langkah awal restitusi, sehingga saya akan mudah melakukan konstruksi terhadap siswa yang salah.

 

0 komentar:

Posting Komentar