Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Selasa, 02 Agustus 2022

Imajiku tentang Murid di Masa Depan; Visi SD N 5 Wangon

Imajiku tentang murid di masa depan. Bahwa setiap manusia pasti memiliki imaji. Terlebih guru memiliki imaji terhadap muridnya tentang masa depannya kelak.

Apa yang dipikirkan tentang harapan, mimpi atau cita-cita itulah imaji kemudian menjadi imajinasi. Hidup ini akan menjadi aneh jika manusia tidak memiliki imajinasi.

Imajinasi itu penting. Imajinasi memiliki bentuk dasar imaji. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) imaji adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran:bayangan.

Ketika manusia sudah tidak memiliki imajinasi mungkin saat itulah manusia sudah menjadi manusia yang miskin sebenarnya. Tantangan hidup dimasayarakat sering dihadapkan pada peliknya permasalahan  sosial seperti kemiskinan. Miskin materi adalah hal yang wajar, namun guru harus mampu menguatkan peserta didik jangan sampai miskin imajinasi.

Imajiku tentang murid SDN 5 Wangon


Kuatnya imajinasi menentukan perjalanan serta keberhasilan di masa depan. Begitu juga keberhasilan pendidikan suatu instansi pendidikan tergantung pada imaji gurunya yang ditransformasikan dalam bentuk visi sekolah maupun visi guru.

Visi berisi harapan tentang masa depan anak didiknya kelak. Sehingga perlu penyusunan visi yang lebih relevan dengan kondisi lingkungan belajar. Ketika visi terbetuk maka sumber daya yang dalam institusi atau guru perlu dicurakan semaksimal agar mencetak peserta didik sesuai visi yang diharapkan.

SD N 5 Wangon memiliki visi "Bertaqwa, Berkualitas dan Berkepribadian yang Kuat."

Berdasarkan visi SDN 5 Wangon memiliki harapan agar peserta didiknya menjadi anak yang bertaqwa. Mereka tidak hanya menjadi anak yang pandai secara akademiki tetapi memiliki kecerdasan spiritual. Mereka menjadi pribadi yang taat pada aturan agama sehingga mampu menjadi masayarakat yang bermanfaat.

agar tercapainya visi sekolah, SDN 5 Wangon dalam hal ini Guru-guru maupun warga sekolah membentuk lingkungan belajar yang kondusif. Guru menerakan sikap responsif atas keluhan yang duhadapi anak didik serta mencegah maupun menindak pelaku bulliying.

Guru juga menerapak sekolah ramah anak. Salah satu penting utama yang menjadi fokus adalah meminimalisir tindak bulliying. Kemudian juga sikap apresiatif. Guru menjadi pribadi yang siap mengahragai anak didik. Bentuk apresiatif tentunya bukan hanya tentang pegakuan sebuah prestasi belajar namun sikap menerima kekurangan maupun kelebihan peserta didik. karena mereka sudah memiliki kodratnya, kodrat alam maupun kofrat zaman.


2 komentar:

  1. betul sekali mas Binton, sudah seharusnya anak berkembang sesuai potensi, minat dan kodratnya.

    BalasHapus