Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Selasa, 20 September 2022

Guru penggerak: Koneksi antar materi modul 2.2 KSE

Alhamdulillah sudah sampai koneksi antar materi modul 2.2 Komepetensi Sosial dan Emosional (KSE). Pada tahap ini kita akan  membuat sintesis berbagai materi dalam bentuk sebuah peta konsep/ peta pikiran (mind map)/ spider web/  sebuah artikel ataupun infografis untuk menggambarkan kaitan antara materi dalam modul ini.

Kaitkan modul pembelajaran berdiferensiasi yang sudah Anda pelajari sebelumnya.  Gunakan sumber daya dan referensi sebanyak mungkin untuk berkreasi. 

2.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Sosial dan Emosional 

Keterkaitan antara materi pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh dengan pembelajaran berdiferensiasi. 

Apa itu PSE?

PSE adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar.

Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional

  • Memberikan Pemahaman,penghayatan dan Kemampuan untuk mengoelola emosi
  • Menetapkan dan mencapai tujuan positif
  • Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
  • Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
  • Membuat keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decision Making)

Ruang Lingkup Pembelajaran Sosial Emosional

Ruang lingkup pelaksanaan pembelajaran sosial dan emosional  adalah:

Rutin

Waktu khusus di luar kegiatan akademik, misalnya kegiatan ektrakurikuler, perayaan hari-hari besar, pelatihan dan sebagainya.

Terintegrasi dalam mata pelajaran

Misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran.

Protocol (Budaya atau Tata Tertib

Menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.

Apa Kompetensinya ?

Kompetensi sosial-emosional adalah:

  • Kesadaran Diri - Pengenalan Emosi
  • Pengelolaan Diri - Mengelola Emosi dan Fokus
  • Kesadaran Sosial - Keterampilan Berempati
  • Keterampilan Berhubungan Sosial - Daya Lenting
  • Pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab

APA SIGNIFIKANSINYA?

Budaya Positif 

PSE dapat menjadi budaya positif di sekolahyang diterapkan guru dalam pembelajarannya agar murid memiliki kompetensi sosial emosional

Peran Guru Penggerak

Menciptakan well-being ekosistem di sekolah, menciptakan iklim belajar yang nyaman, sehat dan bahagia  dengan memperhatikan sosial emosional murid.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi berorientasi pada murid, artinya guru  harus memperhatikan sosial emosional murid sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Apa Koneksinya?

Visi misi CGP sesuai dengan nilai dan peran yang ingin dicapai yaitu Mewujudkan SDM unggul dan bermartabat sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ( PSE )



 

Senin, 19 September 2022

Guru penggerak: Jurnal refleksi dwi mingguan 5 Kompetensi sosial dan emosional.

Jurnal Refleksi dwi mingguan 5

Modul 2.2 KSE

 

Rabu, 21 September 2022

Minggu ke 2 bulan September saya mulai memasuki modul 2.2 kompetensi social dan emosional. Memasuki modul ini saya seperti mendapat pengetahuan baru. Sebagai seorang guru harus memiliki kompetensi social dan emosional. Yang dimaksud memiiki bukan hanya hafal tetapi bagaimana mengaplikasikan dalam pembelajaran bersama siswa. Guru harus matang social maupun emosional apalagi murid juga harus memiliki kematangan nantinya.

 

Selama mengikuti modul saya menangkap bahwa saya harus lebih mengenali murid saya baik latar belakang social maupun emosional. Sebgaia guru harus bisa membuat keputusan yang bertanggungjawab sehingga tidak ada murid yang dirugikan. Mengikuti modul ini saya hanya senyum-senyum membayangkan betapa masih banyak kekurangan dalam memperlakukan murid. Dari modul ini saya semakin sadar untuk membekalai murid dengan kecerdasan emosi yang baik. Meski terbata dalam menelaah materi KSE, saya harus tetap berjuang keras memahaminya. Salah satunya dengan membaca modul berulang kemudian membaca literasi digital yang berkaitan dengan pembelajaran social dan emosional.

 

Ada lima kompetensi social dan emosional yaitu pengenalan diri, manajemen diri, kesadaran social, ketrampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Materi itu merupakan hal baru buat saya. Saya hanya tersenyum merefleksikan perjalanan selama menjadi guru ternyata masih banyak kekuarangan dalam kecerdasan emosional mauoun social.

 

Kondisi ini makin terasa ketika saya mulai menerapkan dalam pembelajaran dengan tujuan menguatkan KSE. Ada banyak hal yang terlihat dasar ternyata sangat berpengaruh pada emosional murid. KSE perlu diterapkan pada murid sejak dini. Ini sangat penting karena manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia juga butuh teman.

Aplikasi dalam pembelajaran saya kondsikan agar mengena lima konsep KSE. Suasana terlihat berbeda saat murid duduk berdampingan dengan temannya. Kemudian pembagian posisi atau peran satu anak membaca kemudian pasangannya mendengarkan. Murid bergantian menjalankan peran tersebut. Murid dilatih memberikan tanggapan atas cara membaca pasangannya. Kemudian mengucapkan terima kasih atas masukan yang diberikan. Ini merupakan bentuk latihan berelasi sekaligus kesadaran social. Dengan cara ini murid akan peka akan kekutangan rekan sehingga mampu memberikan keputusan yang bertanggungjawab dalam memberikan respon kepada rekan maupun lingkungannya.

 

Saya mulai hari ini dengan murid. Perlahan namun kontinyuitas. Nantinya akan berdampak besar terhadap masa depan anak. Saya menyadari hal ini penting karena manusia sebagai makhluk social dan manusia tidak bisa hidup sendiri.

 

KSE harus saya aplikasikan dalam pendidikan. Aplikasi bisa dilakukan rutin, integrase dalam kurikulum, protoko sebagai kebiasaan. Dan saya juga ingin melakukan penguatan terhadap rekan sejawat. Saya ingin melakukan pembiasan materi ini dengan rekan sejawat. Pembiasan bisa saya lakukan dengan diskusi maupun konsltasi. Materi ini terasa efektif bila dikembangkan secara fleksibel  bukan harus dengan cara formal. Tentu ini butuh proses, namun menggerakkan pendidikan emosional bisa di mulai dari hari ini.

 

 

 

Jumat, 16 September 2022

Guru penggerak: Ruang kolaborasi 2.2 Kompetensi sosial dan emosional

 

Ruang kolaborasi modul 2.2 Komtensi social dan emosional

Diskusi antar kelompok

Anggota kelompok 2:

1. Eni Suprati

2. Bekti Kuat Pamungkas

3. Binton Mustofa

 

Jumat, 16 september 2022

Bp. Dedi Kasiono

Acara di mulai pukul 13.13 wib dengan melafalkan basmalah bersama pak dedi kasiono.

Puji syukur sehingga kita bisa bertemu dalam keadaan sehat. Dan inilah nikmat sesungguhnya yang harus disyukuri.

Pertemuan hari ini merupakan diskusi antara kelompok. Dan hasil diskusi sudah sampai tadi malam. Sebelum berlanjut silahkan masing-masing kelompok agar menyampaikan pengalamannya.

 

Kelompok 1:

Deni: kita banyak ngobrol dan nyambung juga karena kebetulan lingkupnya juga sama. Ini sangat mengasyikkan tentang social emosional anak. Sosio emosi merupakan suatu hal yang sangat erat dan dekat dengn anak usia dini.

 

Kelompok 2:

Binton: kebetulan materi kita di kelas tinggi dan kelompok 2 mengambil ruang lingkup pembelajaran yang etrintegrasi. Mudah-mudahan apa yang kita pelajari bisa mendorong kita menjadi lebih baik dalam melayani murid sesuai kse.

 

 

 

Kelompk 3:

Susanto; terimakasih sudah diberi kesempaatn berkolaborasi dengan smp mauun sma. Ini sesuatu yang luar biasa.

 

Kelompok 4:

Ulil: dari yang kemarin yang saya diskusikan untuk kse sangat lekat dengan tingkat smk juga. Akhirnya kita pilih yang sma. Maple berbeda namun sedikit menarik.

 

Bp. Dedi kasiono:

Sedikit sebelum masuk pada sesi diskusi. Saya tidak segan mengingatkan agar refresh. Perlu saya sampaikan bahwa modul 2 memilget kompetnsi yang diharapkan. Hari ini diharapkan mampu mempresentasikan ide implementasi pse untuk murid dan ide penguatan untuk rekan pendidik.

Untuk anak pembelajaran sedangkan ptk konsepnya penguatan.

Presentasi dan diskusi 100 menit. Masing-masing kelompok diskusi disediakan waktu 30 menit.

 

Quote:

Pembelajaran sosial dan emosional pada murid merupakan dasar dalam penerapan pendidikan karakter bagi murid. Aspek sosial emosional murid akan berkembang secara berkelanjutan sejalan dengan proses pengembangan dan stimulusi yang diberikan kepada mereka. Pembelajaran sosial dan emosional pada murid akan melahirkan kemampuan adaptasi secara kognitif maupun sosial.

Kompetansi-kompetansi sosial seperti self-awareness, self-management, social awareness, responsible decision making, dan relationship management yang menjadi pokus pengembangan dalam proses pembelajaran juga berimplikasi pada tertanamnya karakter-karakter unggul dalam konteks sosial maupun konteks lainnya.

Dengan metode bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya dapat dugunakan untuk mengembangkan aspek sosial emosional murid. Yang pada akhirnya akan tumbuh rasa percaya diri, penghargaan pada diri sendiri dan orang lain, berempati pada orang lain dan mampu mengkomunikasikan perasaannya secara tepat. Dan berimplikasi pada tertanam dan terbentuknya karakter-karakter unggul seperti mengenal diri, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, berkepribadian menarik, mengikuti perubahan, mengambil risiko, mengendalikan diri, bersemangat, kerjasama, adil dan lain sebagainya.

 

Kelompok 1:

Untuk anak kelas rendah harus masuk dengan dunia mereka. Kodratnya memang bermain.

Kometator: binton, ssusanto, ulil.

Kse yang paling sulit diterapkan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.bentuk implEMENTASI yaitu beres-beres mainan. Jai ajak anak penanaman seikap setiap selesai main agar dikembalikan mainnannya.

Pak santo:

Karena kangen ngajar saya pernah coba masuk kelas 1 untuk ngajar. Begitu saya masuk dan kasih salam langsung anak lari ke depan. Sehingga ga jadi ngajar.

 

Kelompok 2:

Pemateri bu eni:

Bentuk implementasi yaitu integrasi dalam pembelajaran.

Masukan ulil:

Menurut pak ulil agar dalam tahapan itu di link kan agar lebih detail. Sehingga hasilnya lebih maksimal.

 

Kelompok 4:

Pemateri bu Nurul:

Semakin kuat pembiasaan sekolah maka semakin kuat karakter yang terbetuk, penguatan berbanding lurus dengan pembentukankarater.

Penanya Binton:

Bagaimana sih penanganan terhadap anak SMA berkaitan dengan KSE?

Jawaban Ulil:

Membuat spanduk kosong kemudian ditandatangani bersama itu manjadi kesepakatan bersama atau bentuk keyakinan bersama.

 

Kelompok 3:

Pemateri pak susanto:

Bentuk imlementasi jurnal dan ice braking.

Yuneli:

Kelompok 3 merupakan kelompok yang uni karena satu dari anak smp dan sd.

 

Masukan Bp Dedi untuk semua kelompok:

Bahwa implementasi tidak hanya satu kegiatan. Implementasi tergantung situasional.

Saya melihat banyak sekali variasi. Artinya panjenengan menguasai materi.

Pengalaman ketika menjadi kepalaa sekolah. bahwa kalau kita mau membangun dari energy negative menjadi positif. Bahwa seorang minoritas jika bisa menanamkan budaya atau nilai yang kuat maka minoritas justru mendominasi. Terkadang justru gurunya yang susah.

Sejatinya apapun kondisi lingkungan kita adalah hal yang harus membangun diri.

Ketika anak membangun keyakinan kelas tentu bergejolak, ada suka dan tidak suka.


Link presentasi hasil diskusi kelompok 2: https://youtu.be/zfDt58i1iSI

 

 

Rabu, 14 September 2022

Guru Penggerak: Modul 2.2 Kompetensi sosial dan emosional Mulai dari diri dan eksplorasi konsep

Senin, 12 September 2022

Mulai dari diri dan eksplorasi konsep modul 2.2 kompetensi sosial dan emosional (KSE). Tahapan mulai dari diri berisi pertanyaan dan umpan balik untuk mengeksplorasi konsep peserta terhadap materi yang akan dipelajari. dalam eksplorasi konsep menuntut peserta untuk membaca secara detail.

"Tentunya bukan hanya menjawab pertanyaan. Namun, juga harus memberikan komentar terhadap peserta lain. Minimal dua komentar maka check list akan menjadi biru," Ujar Fasilitator Dedi Kasiono.

mulai hari ini, Peserta guru penggeraak angkatan 5 kabupaten Banyumas sudah bisa akses modul 2.2 Kompetensi sosial dan emosional. alur pembelajaran setiap modul masih sama yaitu mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demontsrasi kontekstual, elaborasi konsep, koneksi antar materi dan aksi nyata.

Beberapa hal tentang mulai dari modul 2.2 KSE antara lain:

Krisis yang penah dialami selamam menjadi guru, cara menghadapi krisis, kematangan sosial dan emosional dalam neghadapi permasalahan, hara[an menjadi guru ketika pembelajaran dan harapan kepada murid selama pembelajaran.

Sedangkan eksplorasi konsep lebih fokus pada penyelsaian masalaha/kasus yang muncul. 

Jawaban kasus 1:

1. keterlambatan dalam menjalankan tugas berupa pengunduhan rubric. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah terlalu banyak amanah atau tugas dalam waktu bersamaan, dan Bapak Eling kurang tepat dalam memprioritaskan tugas mana yang harus di kerjakan terlebih dahulu. Seharusnya kita sebagai Guru harus lebih memprioritaskan tugas pokok sebagai Guru sebelum mengerjakan Tugas Tambahan di sekolah seperti menjadi Ketua Panitia 17 Agustus di sekolah. Dan seharusnya panitia yang lain juga bisa bekkerja dengan baik, bukan semuanya harus dikerjakan oleh Pak Eloing selaku ketua panitia.

2. seharusnya eling lebih bertanggungjawab dengan mengunduh rubric terlebih dahulu. Berdasarkan prinsip kesadaran diri maka kerjakan tugas selagi ada waktu jangan suka menunda. Akibatnya semua tersendat. Ada rasa kesadaran diri yang kurang pada eling.

Jawaban kasus 2:

1. situasi  Situasi yang dialami bapak Eling adalah Bapak Eling merasa kecewa dengan murid yang merupakan seorang atlet renang tetapi tidak mengumpulkan tugas. Seharusnya murid tersebut harus konsekuensi dengan pilihan nya menjadi murid atlet, harus bisa bagi waktu. 

2. empati terhadap murid atlet tersebut. Bapak Eling harus berlatih untuk bisa berempati terhadap keadaan murid yang merupakan seorang atlet, yang harus berlatih keras untuk dapat menjadi juara dan membawa naik baik sekolah dan daerahnya. Setelah berempati, maka Bapak Eling tetap harus membuat murid tersebut mindfullnes , supaya hidupnya bermakna dengan tetap menjalankan keduanya dengan seimbang dan tidak ada yang dikorbankan, menjadi murid yang baik dan atket yang handal. 

itulah beberapa sampel jawaban dari kasus tentang Pak Eling dalam eksplorasi konsep.


Selasa, 13 September 2022

Aksi Nyata Modul 1 Guru Penggerak

Alhamdulillah, tuntas sudah menyelsaiakan pengimbasan dan aksi nyata modul 1 guru penggerak. Bentuk aksi nyata kali ini lebih menekankan pada modul 1.4 budaya Positif.

Dokumen aksi nyata berisi rangkain kegiatan dalam melakukan pengimbasan serta aap yang sudah dilakukan dalam kegiatan nyata sebagai guru penggerak.

Untuk lebih jelasnya simak video berikut ini: https://youtu.be/Z2-jAJbkbOY

Minggu, 11 September 2022

Guru penggerak: Jurna Refleksi Dwi Mingguan 4 Modul 2.1. Pembelajaran Berdiferensi

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 4:

Modul 2.1. Pembelajaran Berdiferensi

Senin, 12 September  2022

Mingggu ke 5 bulan Agustus, tepatnya 30 Agustus 2022, saya mulai memasuki modul 2.1  Budaya positif. Kegiatan pembelajaran berjalan bertahap di mulai dengan mode mandiri yaitu eksplorasi konsep. Eksplorasi konsep merupakan tahap untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang budaya dan lingkungan positif sekolah. Eksplorasi konsep mandiri mengenai pembelajaran berdiferensiasi, kebutuhan belajar dan strategi pembelajaran berdiferensi.

Setelah eksplorasi konsep berlanjut kegiatan ruang kolaborasi. Saat mengikuti ruang kolaborasi saya merasa tertantang karena mendapat pemahaman baru tentang diferensiasi dalam pembelajaran. Walau pun jika saya ingat-ingat sebenarnya sebagai guru sudah melakukan pembelajaran diferensiasi secara alamiah. Kelemahannya, saat saya menerapkan pembelajaran diferensiasi tidak melakukan dokumentasi kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan, pemetaan kebutuhan belajar siswa hingga analisis pembelajaran.

Satu hal yang tersimpan setelah mengikuti pembeljaaran modul 2.1 bahwa differensiasi adalah memperlakukan peserta didik sesuai kebutuhannya. Murid saya banyak bahkan beragam kebutuhan belajar hingga karakternya. Differensiasi bukan melulu memperlakukan anak sendiri atau bersikap diskriminatif. Tetapi semacam manajemen dalam pembeljaran agar siswa bisa menyerap ilmu sebagai kebutuhan belajar dalam ruang waktu yang sama namun caranya yang berbeda.

Siswa sama belajar tentang perkembang biakan pada tumbuhan. Namun, strategi dalam mengelola pembelajaran ada siswa yang melakukan pengamatan tumbuhan secara lamgsung. Ada siswa yang membaca literasi tentang makhluk hidup lewat buku. Atau siswa melihat video tentang perkembang biakan tumbuhan.

Ternyata selama ini saya merasa tidak tepat dalam memperlakukan siswa. Menganggap sama rata dalam belajar bahkan menggunakan strategi yang sama. Startegi itu saya samakan dalam pembelajaran. Padahal tidak semua anak memiliki minat yang sama terhadap materi yang saya ajarkan terlebih dengan strategi tersebut.

Saya menjadi sadar bahwa dalam pembelajaran berdiferensi, saya harus melakukan asesmen diagnostic untuk mengecek sejauh mana kesiapan belajar siswa. Asesmen diagnostic bisa dilakukan sederhana. Saya bisa melakukan dengan wawancara, pengamaatn atau memberi soal sederhana. Ini hanya untuk mengukur kesiapan sehingga akan mudah memberi tindakan yang tepat selama pembelajaran.

Dengan melakukan asesmen saya juga bisa mengukur kesiapan belajar, minat bahkan gaya belajar siswa. Tentunya asesmen diagnostic yang saya lakukan sebagai bagian dari identifikasi kebutuhan belajar siswa. Setelah identifikasi, maka saya menrapkan strategi pembelajaran berdiffernsiasi. Perlakuan yang saya berikan tentunya setelah melakukan pemetaan selama asesmen diagnostic. Dokumentasi beruapa catatan yang bisa menjadi literasi harus saya kerjakan.

Mempelajari materi pembelajaran berdiferensi membuat saya ingin melakukan perubahan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa. Siswa sebenarnya haus akan ilmu. Namun, karena ketidap pekaan guru dengan memegang prinsip sama rata membuat guru dalam melaksanakan pembelajaran lebih bersikap sepihak. Sepihak maksudnya hanya mementingkan siswa yang pintar sehingga membiarkan yang bodoh atau sebaliknya. Baik anak yang cepat menangkap materi atau lambat tidak mendapatkan perlakuan yang adil dalam pembelajaran sebagai kebutuhan.

Bentuk perubahan yang ingin saya lakukan yaitu menerapkan pembelajaran berdifferensiasi di kelas. Menyusun asesmen diagnostic secara sederhana. Asesmen yang saya lakukan berupa wawancara, pengamatan bahkan survei dengan orang tua.

Hasil asesmen akan saya gunakan untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. Dengan pemetaan saya akan tahu tindakan apa yang harus dilakukan selama menerapkan pembelajaran berdiferensi. Setelah pembelajaran saya melakukan analisis. Hasil analisis terhadap kemampuan siswa akan menentukan kebutuhan lanjutan dalam pembelajaran bisa berupa remedial atau pengayaan. Tentu, semua tahapan ini harus di buat dokumentasi sebagai bentuk literasi kegiatan saya.

 

 

Selasa, 06 September 2022

Guru penggerak: Koneksi Antar Materi - Modul 2.1 Pembelajaran Berdifferensi

Pembelajaran Berdiferensiasi

Berdasarkan modul ajar 2.1 Guru Penggerak tentang pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Setiap murid memiliki karakter. Gaya belajar dan pemahaman juga berbeda -beda antara satu dengan yang lain. Sehingga dalam pembelajaran,  Guru tidak bisa memperlakukan sama atau pukul rata antara satu murid dengan murid yang lain. Maka, diperlukan usaha untuk memahami kebutuhan belajar murid dari setiap individu.

Beberapa poin penting dalam modul 2.1 yaitu:

Kebutuhan Belajar Murid:

·      Kesiapan belajar (readiness)

yaitu kapasitas murid untuk mempelajari materi baru. Dalam kesiapan belajar, kita bisa menggunakan cara memberikan mereka Quiz/pertanyaan terkait pokok bahasan yang akan kita bahas. Namun sebelum itu ada baiknya pada hari sebelumnya kita sudah menyampaikan kepada mereka tentang materi pertemuan berikut.

·      Minat murid

Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran. Minat merupakan ketertarikan murid terhadap sesuatu yang dianggap menarik. Disini guru dapat memberikan suatu masalah yang dapat menimbulkan keingintahuan dari murid. Namun tidak semua murid mempunyai minat yang sama, untuk itu kreatifitas guru dalam memilih materi dan media agar terlihat menarik dan unik bagi murid.

·      Profil belajar murid

Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.Profil belajar murid yang dapat depelajari berupa: visual, auditoring, enistetik (profil belajar dengan gaya tersendiri)

 


Diferensiasi Sesuai Kebutuhan Murid:

  1. Diferensiasi konten; merupakan pembelajaran yang mengacu pada kemampuan pengetahuan dan keterampilan.
  2. Diferensiasi proses merupakan pembelajaran yang mengacu pada kesiapan belajar murid, gaya belajar, minat, ataupun pendekatan emosional.
  3. Diferensiasi produk; keluaran, tagihan dari yang diharapkan dari murid apa yang telah dipelajari.

 

Keterkaitan:

Sesuai dengan Filosofi Pemikiran KHD Pendidikan harus menuntun anak mencapai kodratnya karena setiap anak adalah pribadi yang berbeda dan memiliki keunikannya masing-masing yang harus ditumbuh kembangkan sesuai dengan potensinya. Guru harus menjadi sosok pamong yang memberi arahan dan menuntun agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

 

Oleh karena itu agar tercipta pembelajaran berdiferensiasi, Guru harus memahami filosofi KHD, menjalankan profil pelajar Pancasila, budaya positif.  Guru juga memahami lima kebutuhan dasar manusia kemudian melaksanakan dan dapat membedakan lima posisi kontrol kita sebagai seorang guru.

Jumat, 02 September 2022

Guru Penggerak: Ruang Kolaborasi 2 Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Ruang kolaborasi 2,

Sabtu, 3 september 2022    pukul 10.00-13.00 wib.

 

Capaian modul:

Mampu menerapkan pembelajaran berdifferensiasi.

Umpan balik itu: bagaimana memberi masukan, bagaimana memberi penguatan atas hasil karya atau presentasi yang ditampilkan kelompok lain. Kalau ada yang kurang beri masukan yang konstruktif. Masukan atau ide itu dalam rangka menguatkan.

Karena system yang sekarang menerapakn restitusi, disiplin positif. Apa pun yang kita lakukan menerapakan budaya positif.

 

Umpan balik yang disampaikan tidak mengulang pendapat teman. Kalau punya pendapat silahkan.

 

Kelompok 2:

Bekti kuat pamungkas

Binton Mustofa

Nina Pratiwi

Rusiyati

 

Materi presentasi kelompok 2:

 


Pertanyaan pemandu

1. apakah kebutuhan belajar murid yang ingin dipenuhi guru tersebut?

Pak Dermawan berusaha memenuhi kebutuhan murid tentang cara kerja oragan tubuh manusia yaitu sistem organ pencernaan

Kebutuhan belajar murid yang berusaha dipenuhi pak Dermawan mempertimbangkan tiga aspek yaitu kesiapan belajar/ readness, minat murid, dan profil belajar murid.

Kesiapan belajar murid/readness ditunjukkan dengan beberapa buku bacaan dengan tingkat kesulitan yang berbeda

minat belajar ditunjukkan dengan Pak Dermawan juga membuat kartu-kartu pertanyaan yang dapat digunakan untuk membantu murid mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang cara kerja sistem organ pencernaan (dengan menjawab pertanyaan)

profil gaya belajar ditunjukkan dengan pak Dermawan menyiapkan bahan ajar yang beragam, ada yang visual, audio visual

 

2. bagaimana cara guru tersebut menentukan kebutuhan belajar muridnya

Pak Dermawan  mempersiapkan daftar kegiatan lengkap dengan instruksinya.

Yaitu:

ü  Menyiapkan sumber belajar yang beragam

ü  membaca buku/artikel/komik/ dsb;

ü  mengamati poster/diagram, mendiskusikannya, dan kemudian membuat ringkasan untuk menunjukkan pemahaman tentang isi poster tersebut;

ü  mewawancarai petugas UKS;

ü  menjawab kartu-kartu pertanyaan

3. strategi pembelajaran berdiferensiasi apa yang dibuthkan?

Konten dan proses, produk

Ø  Diferensi konten karena menyiapkan berbagai macam sumber belajar nomor 1-5

Ø  Proses karena menggunakan metode pembelajaran nomor  7 yaitu menyesuikan teks yang di baca tiap kelompok dengan kemampuan membaca anak,  8. Kebebasan menyelsaikan kegiatan pembelajaran, 9. Pada saat pembelajaran mengobservasi dan memberikan bantuan pada yang kurang dan tantangan pada yang menguasai materi tersebut.

Ø  Diferensiasi produk nomor 10

 

4. Bagaiman guru tersebut melakukan penilaian?

Pak Dermawan kemudian melakukan penilaian untuk mengetahui sejauh mana murid-muridnya memahami materi tersebut.

Ia kemudian membuat penilaian berjenjang (tier assessment)

ü Untuk murid-murid yang kemampuannya kurang, ia menugaskan mereka untuk menjelaskan alur pencernaan dalam sebuah diagram alur sederhana yang dilengkapi penjelasan singkat, dengan menggunakan kosakata sederhana, sesuai dengan yang telah mereka pelajari dan bahkan telah di display di kelas.

ü Untuk murid-murid yang kemampuannya sedang, ia meminta mereka membuat sebuah cerita narasi tentang alur pencernaan dengan kosakata yang lebih bervariasi.

ü Untuk murid-murid yang kemampuannya tinggi, ia meminta mereka membuat sebuah cerita kreatif dari perspektif ‘seorang’ makanan yang menarasikan alur pencernaan. Melalui tugas ini, penyusunan kalimat dan pemilihan kosakata yang digunakan tentunya sudah lebih sulit.

 

Tanggapan kelompok lain atas presentasi kelompok 2:

1. Nama Susanto

Tanggapan:

Saya akui konsep seperti ini baru didapatkan di guru penggerak. Dalam praktiknya belum bisa meenerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Karakter siswa yang beragam dan kemampuan anak berbeda. Butuh pengalaman dari rekan rekan yang lain. Bagaimana implementasi terhadap anak ANBK?

Tanggapan kelompok:

Ada instrument kusus untuk menganalisa anak ABK. Berdasarkan instrument tersebut kita bisa tahu jenis ABK. PERLAKUAN GURU tinggal disesuaikan dengan jenis ABK.

Differensiasi mungkin istilah baru buat guru. Namun, kita sering melakukan pada anak. Hanya masalah dokumentasi yang selama ini kurang.

2, Nama Deni Martania

Tanggapan:

Pernah mengalami anak ABK. Memang harus ada guru inti untuk memberikan penanganan terhadap anak ABK. Terhadap anak yang tuna rungu memang harus melihat gerak mulutnya.

 

3. Yuneli

Pernah ada siswa yang ternyata lemah jantung, tiba-tiba kejang setelah kita melakukan kegiatan pembelajaran. Apa termasuk ABK apa bukan?

 

Tanggapan kelompok:

Bukan ABK tetapi gangguan kesehatan. Yang harus dilakukan adalah melakukan kegiatan yang tidak berdampak pada kesehatan anak tersebut.

 

Link prsentasi:

https://prezi.com/view/47petfOs8kpcEUQWc9qg/