Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Minggu, 11 September 2022

Guru penggerak: Jurna Refleksi Dwi Mingguan 4 Modul 2.1. Pembelajaran Berdiferensi

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 4:

Modul 2.1. Pembelajaran Berdiferensi

Senin, 12 September  2022

Mingggu ke 5 bulan Agustus, tepatnya 30 Agustus 2022, saya mulai memasuki modul 2.1  Budaya positif. Kegiatan pembelajaran berjalan bertahap di mulai dengan mode mandiri yaitu eksplorasi konsep. Eksplorasi konsep merupakan tahap untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang budaya dan lingkungan positif sekolah. Eksplorasi konsep mandiri mengenai pembelajaran berdiferensiasi, kebutuhan belajar dan strategi pembelajaran berdiferensi.

Setelah eksplorasi konsep berlanjut kegiatan ruang kolaborasi. Saat mengikuti ruang kolaborasi saya merasa tertantang karena mendapat pemahaman baru tentang diferensiasi dalam pembelajaran. Walau pun jika saya ingat-ingat sebenarnya sebagai guru sudah melakukan pembelajaran diferensiasi secara alamiah. Kelemahannya, saat saya menerapkan pembelajaran diferensiasi tidak melakukan dokumentasi kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan, pemetaan kebutuhan belajar siswa hingga analisis pembelajaran.

Satu hal yang tersimpan setelah mengikuti pembeljaaran modul 2.1 bahwa differensiasi adalah memperlakukan peserta didik sesuai kebutuhannya. Murid saya banyak bahkan beragam kebutuhan belajar hingga karakternya. Differensiasi bukan melulu memperlakukan anak sendiri atau bersikap diskriminatif. Tetapi semacam manajemen dalam pembeljaran agar siswa bisa menyerap ilmu sebagai kebutuhan belajar dalam ruang waktu yang sama namun caranya yang berbeda.

Siswa sama belajar tentang perkembang biakan pada tumbuhan. Namun, strategi dalam mengelola pembelajaran ada siswa yang melakukan pengamatan tumbuhan secara lamgsung. Ada siswa yang membaca literasi tentang makhluk hidup lewat buku. Atau siswa melihat video tentang perkembang biakan tumbuhan.

Ternyata selama ini saya merasa tidak tepat dalam memperlakukan siswa. Menganggap sama rata dalam belajar bahkan menggunakan strategi yang sama. Startegi itu saya samakan dalam pembelajaran. Padahal tidak semua anak memiliki minat yang sama terhadap materi yang saya ajarkan terlebih dengan strategi tersebut.

Saya menjadi sadar bahwa dalam pembelajaran berdiferensi, saya harus melakukan asesmen diagnostic untuk mengecek sejauh mana kesiapan belajar siswa. Asesmen diagnostic bisa dilakukan sederhana. Saya bisa melakukan dengan wawancara, pengamaatn atau memberi soal sederhana. Ini hanya untuk mengukur kesiapan sehingga akan mudah memberi tindakan yang tepat selama pembelajaran.

Dengan melakukan asesmen saya juga bisa mengukur kesiapan belajar, minat bahkan gaya belajar siswa. Tentunya asesmen diagnostic yang saya lakukan sebagai bagian dari identifikasi kebutuhan belajar siswa. Setelah identifikasi, maka saya menrapkan strategi pembelajaran berdiffernsiasi. Perlakuan yang saya berikan tentunya setelah melakukan pemetaan selama asesmen diagnostic. Dokumentasi beruapa catatan yang bisa menjadi literasi harus saya kerjakan.

Mempelajari materi pembelajaran berdiferensi membuat saya ingin melakukan perubahan yang lebih dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa. Siswa sebenarnya haus akan ilmu. Namun, karena ketidap pekaan guru dengan memegang prinsip sama rata membuat guru dalam melaksanakan pembelajaran lebih bersikap sepihak. Sepihak maksudnya hanya mementingkan siswa yang pintar sehingga membiarkan yang bodoh atau sebaliknya. Baik anak yang cepat menangkap materi atau lambat tidak mendapatkan perlakuan yang adil dalam pembelajaran sebagai kebutuhan.

Bentuk perubahan yang ingin saya lakukan yaitu menerapkan pembelajaran berdifferensiasi di kelas. Menyusun asesmen diagnostic secara sederhana. Asesmen yang saya lakukan berupa wawancara, pengamatan bahkan survei dengan orang tua.

Hasil asesmen akan saya gunakan untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa. Dengan pemetaan saya akan tahu tindakan apa yang harus dilakukan selama menerapkan pembelajaran berdiferensi. Setelah pembelajaran saya melakukan analisis. Hasil analisis terhadap kemampuan siswa akan menentukan kebutuhan lanjutan dalam pembelajaran bisa berupa remedial atau pengayaan. Tentu, semua tahapan ini harus di buat dokumentasi sebagai bentuk literasi kegiatan saya.

 

 

0 komentar:

Posting Komentar