Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Selasa, 30 Agustus 2022

Guru Penggerak; Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4 Budaya Positif

 Jurnal Refleksi Dwi Mingguan 3: Modul 1.4 Budaya Positif

 Sabtu, 27 Agustus 2022

Mingggu ke 3 bulan Agustus, tepatnya 15 Agustus 2022, saya mulai memasuki modul 1.4 Budaya positif. Kegiatan pembelajaran berjalan bertahap di mulai dengan mode mandiri yaitu eksplorasi konsep. Eksplorasi konsep merupakan tahap untuk mendapatkan pengetahuan awal tentang budaya dan lingkungan positif sekolah. eksplorasi konsep mandiri mengenai perubahan paradigma, konsep disiplin positif dan motivasi, keyakinan kela, pemenuhan kebutuhan dasar, posisi control serta segitiga restitusi. Eksplorasi konsep berjalan lancar.

Berlanjut kegiatan ruang kolaborasi pada tanggal 18, 19 agustus dan 22 agustus 2022. Berlanjut elaborasi konsep. Ruang kolaborasi berlanjut dengan fasilitator, pengajar praktik serta cgp.

Saat mengikuti ruang kolaborasi saya merasa tidak nyaman karena sedang berlangsung lomba perayaan hari kemrdekaan RI 77. Bunyi sound system serta teriakkan riuh peserta lomba menambah kebisingan. Apalagi saya lupa membawa headset sehingga jalannya meeting semakin tidak nyaman.

Banyak materi menarik dari instruktur yang tidak terserap maksimal. Untuk mengurangi kebisingan terpaksa saya matikan speaker pada aplikasi google meet. Meskipun tidak maksimal, saya berharap bisa mengurangi efek bising pada peserta meeting di ruang kolaborasi.

Saat kolaborasi saya merasa bahagia karena mendapatkan ide segar. Ide yang rekan berikan berikan memotivasi saya untuk melakukan hal yang lenih baik lagi. Saya melakukan kolaborasi untuk menyelsaikan masalah bersama kemudian memresentasikan melalui google meet. Ada rasa dag dig dug ketika menyajikan materi. Perasaan itu muncul karena masih kaku menyajikan materi secara daring.

Meski perasaan tidak percaya diri muncul, saya sangat bersyukur karena bertambah wawasan, memiliki rekan yang inspiratif. Saya yakin bisa menerapkan materi ini di sekolah. sehingga tidak ada lagi hukuman apalagi membuat siswa tidak nyaman. Perlu ada perubahan mindset sebagai guru dalam menghadapi permasalahan siswa. Guru harus berpihak pada siswa. Kalau dulu guru stimulus respon ketika ada masalah dengan memberi hukuman. Sekarang guru harus bisa ambil posisi kontrol. Disiplin lahir dari motivasi intrinsik.

Berdasarkan materi seperti segitiga restitusi serta posisi control. Saya ingin menyederhanakan materi tersebut bahwa pola restitusi yang bisa diambil saat terjadi pelanggaran disiplin sebenarnya sebagai bentuk pendampingan. Pendampingan terhadap anak yang melakukan salah. Ini bukan untuk memberi hukuman melainkan menggali informasi kenapa siswa melakukan salah.

Agar mendapatkan motivasi terjadinya pelanggaran karena setiap siswa pasti ada alasan melakukan pelanggaran dibutuhkan kesabaran mengikuti alur siswa. Bukan memaksa siswa agar mengakui sesuai kehendak guru. Pendampingan penuh sabar berkata lembut bukan merendahkan akan membuat siswa nyaman.

Jika nyaman terbetuk siswa akan terbuka mengakui latar belakang melakukan salah. Terbuka dan sadar mengakui salah sebagai bentuk adanya kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi/motivasi intrinsik. Ini menjadi langkah awal restitusi, sehingga saya akan mudah melakukan konstruksi terhadap siswa yang salah.

 

Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah dalam Pelatihan Menulis Cerpen Anak di Kabupaten Banyumas

Rabu, 30 Agustus 2022 

Aula Perpustakaan UIN Saizu menjadi latar tempat diselenggarakannya Pelatihan Menulis Cerita Pendek Anak bagi Generasi Muda Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini bertajuk bengkel literasi. Tujuannya memberikan pelatihan sekaligus menumbuhkan minat lietrasi bagi generasi muda Banyumas.

Hari ini merupakan kegiatan awal yang menandai di bukanya bengkel literasi menulis cerpen anak. Kegiatan berikutnya berlangsung secara daring. Kegiatan luring akan berlangsung saat penutupan. Total kegiatan hampir selama tujuh hari.


Kegiatan di buka oleh Rektor UIN Saizu. Dalam sambutan Bapak Rektor disampaikan kegelisahannya berkaitan dengan budaya literasi. Beliau juga mengulas salah satu buka yang ditulisnya yaitu Pendidikan Pembebasan. Menurutnya ada Iqro. Semua rasa atau kejadian dalam kehidupan harus di baca. Yang di baca secara dokumentatif ada di lietrasi. 


Pesan dan kesan harus dijelaskan pada anak cucu lewat literasi. Menurut beliau bahwa mendidik melalui cerita pendek jarang dilakukan. Ini peluang besar maupun potensi.

Tentunya pesan Pak Rektor sangat dalam terkait dengan literasi. Setelah membuka acara, beliau menerima cendera mata dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Acara berlanjut dengan materi konsep dan teoritis mengenaik kebijakan Bahasa Indonesia.

Materi ini disampaikan langsung oleh Kepala Balai Bahasa Provisnsi Jawa Tengah yaitu Bapak Ganjar Herimansyah. Banyak topik yang beliau sampaikan tentang kajian maupun kebiajakan penggunaan Bahasa Indonesia.

Materi yang beliau sajikan sangat menarik. Di kemas sederhana namun tidak mengurani isi materi. Kegiatan mengalami jeda untuk istirahat, shilat dan makan siang. Kegiatan berlanjut lagi pada pukul 13.15 WIB.

Bapak Ganjar melanjutkan materi dasar tentang sastra anak. Sastra anak bisa berupa karya yang dihasilakn oleh anak maupun orang dewasa. Keduanya harus menggunakan sudut pandang anak. Saat menulis cerpen perhatikan bahasa anak. Perhatikan pilihan kata.

Beberapa kata pemantik tentang menilau beliau kutip. Diantaranya:

"Ikatlah ilmu dengan menuliskannya," Ali Bin Abi Tholib.

Ada juga ada tentang,"Mulailah menulis apa yang kamu ketahui. Tulislah dari rasa dan pengalaman."

Beliau juga memberikan tips membaca agar berkonsep dan terarah. Membaca sesuai kebutuhan. Bacalah bagian-bagian yang dibutuhkan/perlu. Tuliskan bagian-bagian penting (ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Ini mirip dengan membuat peta konsep. Kemampuan menulis erta kaitannya dengan membaca. Prakata dalam sebuah buku merupakan penulis sedangkan kata pengantar adalah ahli atau orang lain.

Kegiatan membaca bisa membaca apa saja. Bacalah yang disenangi. Agar cerdas menulis maka tulis kesan dari cerita itu(refleksi) agar ingat dan lancar ide. ada beberapa penulis yang membuat maping/pemetaan ide penulisan. Sirkulasi buku anak merupakan buku yang paling cepat ganti.Artinya ada potensi pasar yang baik. Menjadi penulis memiliki peluang yang bagus.

Pelatihan menulis cerpen anak pada sesi pertama sangat menarik. Peserta benar-benar diberi bekal menulis yang mungkin belum pernah di dapat sebelumnya. Aplikasi materi ini sangat bermanfaat bagi peserta.


Kegiatan ini diikuti 50 peserta luring dan daring. Walau kegiatan untuk warga Banyumas nyatanya banyak yang datang dari luar kota seperti Banjarnegara dan Bumiayu. Mayoritas peserta berasal dari kalangan mahasiswa.

Pelayanan kegiatan menulis cerpen dijamin memuaskan. Kinerja panitia profesional. Dukungan tempat maupun media juga sangat bagus. Aula perpustakaan UIN Saizu sangat nyaman. Tempat bergaya teater membuat peserta seperti menyaksikan bioskop selama mendengarkan materi latihan.

Peserta juga dijamin kenyang karena dukungan logistik penuh. Kudapan diberikan panitia sebanyak dua kali yakni pagi dan sore. Kemudian ada cendera mata, makan siang maupun ganti transport.

Jadi, jangan pernah ragu terlibat dalam kegiatan ini. Banyak ilmunya tentu banyak manfaatnya.




Senin, 29 Agustus 2022

Bengkel Literasi Generaai Muda Kabupaten Banyumas, Penulisan cerpen anak

Bengkel literasi generasi kabupaten Banyumas merupakan wahana pelatihan menulis cerita pendek anak. Kegiatan merupakan diklat yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan menulis cerpen anak di Banyumas dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2022. Mode kegiatan daring dan luring.

Kegiatan pertama merupakan pembukaan dilaksanakam secara luring di Aula Perpustakaan UIN Saizu, Pirwokerto. Kegiatan berikutnya mode daring kemudian luring diselenggarakan lagi pada kegiatan akhir.

Rabu, 24 Agustus 2022

Guru penggerak: Koneksi antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

Koneksi antar materi merupakan jejaring antar materi satu dengan lainnya. Koneksi materi modul 1.4 yaitu budaya positif. Materi budaya positif dikaitkan dengan materi modul 1.1, 1.2 dan 1.3.

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid. Tujuan budaya positif agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggungjawab.

Budaya positif sangat baik bila diterapkan di sekolah. Namun, kita dapat berdiri sendiri untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Kita perlu kolaborasi dari seluruh elemen atau kekuatan yang ada. Kekuatan bisa berasal dari dalam maupun dari luar sekolah. Antara lain: Kepala Sekolah, rekan guru, murid dan orang tua serta lembaga kemasyarakatan.

Penerapan budaya positif di sekolah sangat berkaitan dengan nilai lainnya. Misalnya penerapan budaya positif “Antri” sangat erat kaitannya dengan penanaman nilai mandiri dan disiplin. Melalui pembiasaan antri, murid dapat mengembangkan kemandiriannya melaksanakan antri meskipun tanpa adanya pengawasan dari guru.




Dari modul 1.1 sampai dengan modul 1.4 ini sangat erat kaitannya antara satu dengan yang lainnya. Budaya positif dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Pendidikan adalah tempat bersemainya benih-benih kebudayaan. 

Guru diibaratkan sebagai seorang petani yang mengelola dan menuntun siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi sesuai kodrat alamnya dan budaya positif agar dapat menjadi murid yang berprofil pelajar Pancasila (beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global). Dalam menyusun program budaya positif juga diperlukan kolaborasi dengan murid. Sehingga murid tidak merasa terbebani dalam melaksanakan budaya positif.

Murid diajak membuat kesepakatan yang berpihak pada murid. Hal ini merupakan implementasi dari “Merdeka Belajar”. Selain itu, guru juga perlu mengaplikasikan nilai dan peran guru penggerak dalam melaksanakan budaya positif di sekolah. Antara lain: mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid.




Budaya positif merupakan bagian dari visi guru penggerak. Budaya positif harus dikembangkan sehingga mampu untuk mewujudkan visi guru penggerak yang nantinya juga akan lebih luas lagi menjadi visi sekolah. Yaitu “Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang berprofil pelajar Pancasila”.

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan adanya kolaborasi kekuatan positif yang ada baik dari luar maupun dari dalam sekolah (pemetaan kekuatan). Dalam hal ini dapat dilakukan melalui suatu pendekatan yaitu pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali impian, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). Inkuiri Apresiatif adalah suatu pendekatan berbasis kekuatan positif.

Dari sinilah, peran guru penggerak sangat penting dalam menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun budaya positif di sekolah. Antara lain: 

  1. Guru penggerak harus mampu menjadi teladan
  2. Menjalin kolaborasi dengan rekan guru lain dan seluruh warga sekolah dalam melaksanakan budaya positif
  3. Menggerakkan komunitas praktisi yang ada di sekolah
  4. Menjadi coach bagi guru lain serta mampu menjadi pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid

Guru penggerak harus bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi di sekolah. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara:

  1. Memulai dari diri sendiri dalam menumbuhkan budaya positif di kelas dan menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah
  2. Mensosialisasikan dan berkolaborasi dengan rekan guru serta Kepala Sekolah
  3. Penuh kesabaran, keuletan, dan positif thinking terhadap penolakan ide dan pelanggaran 
  4. Terus melakukan refleksi dan perbaikan

 

Salam Merdeka Belajar !

Menuju Profil Pelajar Pancasila!

Lampiran:

Aksi nyata modul 1.4 Budaya Positif: https://youtu.be/OUeyVcDTT-E



Selasa, 23 Agustus 2022

Guru Penggerak: Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi Modul 1.4 Demonstrasi Kontekstual

 Penerapan Disiplin Positif Melalui Segitiga Restitusi

Oleh:

Binton Mustofa

CGP Angkatan 5 Kabupaten Banyumas

Guru SDN 5 Wangon


Unsur utama dalam disiplin  positif yaitu budaya positif. Kata disiplin identik dengan suatu hal yang kaku bahkan memaksa. Kesannya, setiap siswa melanggar disiplin harus di hukum.

Konsep disiplin positif artinya kita  membimbing murid untuk menumbuhkan disiplin diri. Disiplin diri tumbuh karena motivasi internal atau kesadaran diri bukan karena terancam. Tujuannya  untuk mewujudkan murid yang merdeka.

Selain motivasi internal, juga diperlukan pihak lain untuk mendisiplinkan. Pihak lain yang mendisiplinkan kita disebut motivasi eksternal. Konsep ini selaras dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara bahwa disiplin diri diperlukan untuk menciptakan murid yang merdeka.

Disiplin diri mampu membuat seseorang menggali kekuatan atau potensinya. Disiplin diri merupakan kemampuan mengontrol diri, menguasai diri serta menentukan sikap yang mengacu pada nilai budaya positif.

Penerapan disiplin diri dapat melalui segitiga restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).

Restitusi juga proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).

Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan. Namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki motivasi intrinsik yang mendasari perilakunya.

Melaui restitusi, diharapkan ketika murid melakukan kesalahan/pelanggaran maka guru dapat menanggapi dengan sikap yang dapat membuat murid melakukan evaluasi internal. Sehingga murid bisa menemukan solusi untuk memperbaiki kesalahan dan mendapatkan kembali harga dirinya.

Sederhananya, saya katakan bahwa melalui restitusi, guru dapat mengambil respon yang bijak saat menemukan murid melakukan pelanggaran. Respon yang diberikan guru tidak menjatuhkan harga diri muridnya.

Karena saat murid melakukan kesalahan, mereka dalam kondisi labil. Jika menanggapinya secara berlebihan akan membuat murid sakit hati serta jatuh harga dirinya. Bukannya membuat murid sadar akan kesalahan justru membuat mereka sakit hati/dendam.

Disinilah pentingnya restitusi. Restitusi bisa menjadi manajemen konflik. Setelah restitusi diperkukan juga posisi kontrol guru. Dulu, ketika ada pelanggaran murid. Tindakan atau posisi guru adalah stimulus respon yang reaktif dengan memarahi bahkan memberikan hukuman.

Sekarang di rubah pola stimulus respon menjadi posisi kontrol. Hukuman bersifat reaktif dan terjadi secara tiba-tiba. Berbeda dengan konsekuensi yang merupakan kondisi atas resiko setelah melakukan pelanggaran. Konsekuensi dari awal sudah disadari adanya aturan dan resiko.

Aturan inilah yang menjadi kesepakatan kelas atau keyakinan bersama. Berdasarkan keyakinan kelas maka ada konstruksi ketika pelanggaran terjadi. Kosntruksi ini bukan lagi tindakan stimulus respon tapi lebih pada restitusi. Sedangkan cara guru menanggapi pelanggaran tersebut adalah posisi kontrol.

Ada lima posisi kontrol guru yaitu penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Segitiga restitusi dapat diterapkan bila ditemukan murid melakukan pelanggaran keyakinan kelas. Segitiga restitusi memiliki tiga langah yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan.

Berdasarkan segitiga restitusi, ketika murid melakukan kesalahan jangan lagsung dimarahi. Kita stabilkan identias dengan menanggapi secara lembut karena pada dasarnya murid melakukan sikap memiliki motivasi internal.

Kemudian, validasi kesalahan yaitu dengan menanyakan apa lasannya. Manyakan keyakinan berkaitan dengan apa murid inginkan setelah melakukan kesalahan. Solusi yang murid temukan agar tidak melakukan kesalahan. Kemudian guru dorong murid agar yakin terhadap solusinya sehingga tidak terjadi kesalahan lagi. Penyelesaian konflik seperti ini bisa membuat murid menghindari kesalahan karena motivasi diri bukan paksaan.

 


Gambar 1. Segitiga Restitusi

 

Konstruksi penerapan segitiga restitusi pada murid yang terlambat sekolah:

Jika murid melakukan pelanggaran, langkah apa yang harus dilakukan?

Siapa yang mengawasi?

Apakah diberikan hukuman atau memaafkan saja?

Contoh kasus:

Ketika melakukan pembelajaran IPA terdapat siswa datang terlambat. Apakah siswa tersebut diperbolehkan mengikuti pelajaran atau tidak?

Selama ini kebiasaan guru adalah langsung memaafkan atau membuat mereka tidak nyaman. Perhatian kita cenderung pada kesalahan yang dilakukan dari pada mencari cara bagi mereka untuk memperbaiki diri.

Salah satu cara untuk memperbaiki diri agar terwujud disiplin diri dapat dilakukan melaui segitiga restitusi. Segitiga restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004 dalam LMS Guru Penggerak Modul 1.4 Budaya Positif 2021). 

Restitusi membantu murid untuk jujur pada diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan. Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat murid bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, “Semua orang pasti pernah berbuat salah”, bukan mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak maka…”.


Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas. Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar mereka yang tidak terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk merubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses.

Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada manusia yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu. Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan.

 

Gambar 2. Anak datang terlambat

 

Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu (LMS Guru Penggerak, 2021). Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. Yang diperlukan adalah kita memahami alasan melakukan hal tersebut sehingga anak merasa dipahami.

Gambar 3. Proses validasi kesalahan

Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan. Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan Langkah 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.

Gambar 4. Proses menanyakan keyakinan

Penting menanyakan ke murid  tentang kehidupan yang dia inginkan di masa depan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu murid untuk fokus pada gambarannya.

Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi murid yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.


Lampiran:

Link Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif: Demonstrasi kontekstual 1.4 Budaya Positif

Karya literasi yang sama telah dimuat di: https://edutainmentnusantara.blogspot.com/

Minggu, 21 Agustus 2022

Perpisahan Guru PAI dengan SDN 5 Wangon

Perpisahan guru ampuan PAI dengan siswa SDN 5 Wangon berlangsung pada hari senin, 22 agustus 2022. Guru ampuan PAI yaitu Bapak H.Rakub Nurcholis dan Ibu Yatirah S.Pd.I.

Jalannya perpisahan saat hari mulai terik. Namun, siswa tidak merasa kepanasan demi sambutan terakhir dengan guru PAI.

Acara di mulai dengan sambutan Kepala Sekokah. Sepatah kata Pak H.Rakub dan Bu Yatirah. Kemudian tanda perpisahan dengan siswa SDN 5 Wangon.

Ibu Kepala menyampaikan bahwa selamat bertugas di tempat baru. Semoga lebih nyaman dan selalu di beri kesehatan.

Sedangkan Pak Kaji menyatakan bahwa,"Saya sangat berterimakasih sudah mengajar di SDN 5 Wangon selama kurang lebih 16 tahun. Mohon maaf segala salah dan tetaplah ingat bapak guru kalian."

Hal yang sama juga disampaikan Bu Yatirah. Beliau juga menyampaikan permohonan maaf sekaligus terimakasih.

Pak H.Rakub kembali mengajar di SD induk yaitu SDN 4 Wangon. Sedangkan Bu Yatirah di SDN 3 Klapa Gading.


Sabtu, 20 Agustus 2022

Wisata Alam Curug Song di Kebasen Banyumas

Indahnya wisata alam berupa curug atau air terlihat memukau. Wisata curug tersebut bernama curug song.

Curug song terlerak di desa kalisalak,kecamatan kebasen kabupaten banyumas. Akses menuju lokasi terbilang mudah. Infrastruktur sudah bagus.

Hanya saja satu kilo meter menjelang sampai tujuan jalan menuju lokasi wisata sempit. Namun,demikian mobil masih bisa masuk.

Ketika sampai ditujuan, pengunjung langsung memasuki area parkir yang luas. Pengunjung tidak perlu bingung menaruh mobil atau sepeda motor.

Harga tiket saat ini Rp.10.000,_ untuk ukuran dewasa. Setelah mengantongi tiket pengunjung akan berjalan menyusuri tepian hutan pinus milik perhutani.

Jadi,jangan heran jika perjalanan menuju curug song pengunjung disuhuhi rimbunnya pohon pinus. Berjalan dalam rimbunnya pepohonan tentu pengunjung akan metasa sejuk dan teduh.

Pengunjung tak perlu takut selama perjalanan menuju curug song. Karena sepanjang jalan akan banyak ditemui warung milik warga masyarakat.

Warung ini tertata rapi. Selain itu juga nampak wahana buat beristirahat buat pengunjung terutama anak kecil. Lokawisata curug song sudah terorganisir dengan baik. Pengunjung pasti senang.

Jumat, 19 Agustus 2022

Guru Penggerak: diskusi Kelompok ruang Kolaborasi Modul 1.4

 Ruang Kolaborasi:

 

Hasil Diskusi Kelompok 3 tentang Budaya Positif

Jumat, 19 Agustus 2022

Pukul 13.00 WIB

 


Anggota Kelompok 3:

1. RUSIYATI

2.BINTON MUSTOFA

3.ULIL AZMI

4.DENI WIWIT M

 

Ruang kolaborasi membahas tentang analisis studi kasus berdasarkan teori disiplin positif, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi.

 

Kelompok 3 mendapat tugas untuk analisis Studi kasus 1 dan 4

 

Kasus 1

Pertanyaan kasus 1:

o    Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?

o    Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah restitusi yang telah diusulkan mereka?

o    Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali? Jelaskan jawaban Anda.

o    Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?

 

Analisis kasus:

1. langkah menstabilkan identitas yaitu dengan mengidentifikasi dua siswa tadi

langkah validasi kesalahan yaitu ibu kepala memanggil ke dua siswa sebagai bentuk klarifikasi akan kesalahannya

pernyataan keyakinan yaitu bentuk komitmen yang sudah dilakukan ke dua siswa. harapannya agar tidak melakukan kesalahan yang sama

2. sudah sesuai. Langkahnya: mereka mengakui bahwa tidak sesuai keyakinan kelas,usul bagaiman sikap dalam keyakinan kelas,kirim email ke bu ENi, guru pengganti

3. Posisi kontrol yang diambil sebagai teman. karena Bu Eni menegur secara halus

4. setuju dengan yang sudah dilakukan bu Santi, membuat keyakinan kelas dengan murid juga memberitahu serta mengkonfirmasi guru yang menjadi oengganti jika guru utama berhalangan

 

Kasus 4

Pertanyaan kasus 4

o    Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya sehingga Anda berkesimpulan demikian?

o    Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan, bagaimana Anto dikuatkan oleh Ibu Suti?

o    Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) apa yang dituju dalam kasus tersebut? Jelaskan!

 

Analisa kasus:

1. Posisi kontrol sebagai manager. berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.

2. Pertama Dino dikuatkan dengan diberi pemahaman bahwa identitasnya seperti sedang marah sekali, sampai diberikan penguatan bahwa kesalahan itu manusiawi,setelahnya dino diarahkan untuk menyadari bahwa apa yang dilakukan untuk memperbaiki kancing baju anto. Kemudian dino membuat solusi sendiri dikuatkan oleh Guru.

3. Nilai kebajikan: Mandiri dan kreatif

 

Refleksi:

Berdasarkan studi kasus, dapat diambil kesimpulan bahwa pada kasus 1 dan 4 dalam penerapan budaya positif sudah sesuai teori perubahan paradigma stimulus kontrol ke teori kontrol, sudah mewujudkan nilai keyakinan kelas. kebutuhan anak terpenuhi,segitiga restitusi terjalankan,serta guru berada pada posisi manager.

Lampiran:

Materi presentasi kelompok 3: https://prezi.com/view/u3hXC8AC54px6uRh2OLQ/

Guru Penggerak: Ruang Kolaborasi Modul 1.4 Tentang Budaya Positif

 


Kamis, 18 agustus 2022, pukul 09.30

Ruang kolaborasi modul 1.4

Ruang kolaborasi mulai di buka pukul 09.30. dengan menggunakan google meeting pada LMS BBGP Jawa tengah.

Kegiatan RK diawali dengan obrolan terbuka tentang refleski kegiatan 1.3. Menurut salah satu peserta Mas Ulil Azmi masih ada kegamangan saat unggah tugas 1.3.

Sedangkap Pak Dedi selaku instruktur merespon dengan mengatakan bahwa sampai hari ini tidak ada masalah terkait penugasan LMS. Beliau mengajak peserta,”Mari kita nikmati kegiatan dan kita menjadi bagian terindah dari kegiatan ini.”

Kemudian pak dedi membuka kegiatan hari ini dengan lafal basmalah sebagai awal untuk membuka forum diskusi kelompok dalam ruang kolaborasi.

Restitusi  itu anak kita bimbing agar melihat bagimana dirinya. Kemudian menyadari apa yang menjadi kesalahannya, kemudian melihat kenapa melakukan kesalahan.

Dari kesalahan pasti ada kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan dasar itu terpenuhi makan akan mengurangi terjadinya kesalahan yang terulang. Setalah tau kesalahan, kemudian validasi yaitu apa yang menjadi keinginannya. Tanyakan apa yang ingin dilakukan. Yakinkan anak untuk mencapai tindakan itu.

Jadi kita membimbing dan mendorong mereka menemukan kesalahannya. Kemudian memperbaiki dan yakinkan dalam melakukan tindakan agar tidak terulang.

Guru harus bisa solutif pada permasalahan anak. Ketika ada masalahan disekolahan kita tetap memosiskan sebagai orang tua. Sedangkan disiplin positif/budaya positif bahwa setiap anak memiliki dasar melakukan suatu tindakan. Dan mereka selalu memiliki nilai positif. Nilai harus digali dan dorong menjadi lebih baik.

 

Jalannya ruang kolaborasi, Peserta di bagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok membuat analisis kasus tentang teori disiplin positif, posisi control dan segitiga restitusi.

Intisari materi kegiatan ruang kolaborasi:

Apakah yang dimaksud dengan disiplin dan nilai-nilai kebajikan universal?

Apa perbedaan antara hukuman, konsekuensi, dan restitusi?

Jawaban:

Disiplin adalah rasa ketaatan dan kepatuhan terhadap nilai- nilai yang dipercaya dan menjadi tanggung jawabnya.

Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran.

Hukuman : 

1.      Cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum

2.      Berbentuk menyakitkan secara fisik

Konsekuensi : 

1.      Berbentuk memalukan 

2.      Berdampak pada psikis dan menimbulkan rasa malu

3.      Memberikan pelajaran agar siswa mau mentaati aturan.

Restitusi :

1.      Pilihan alternatif untuk siswa yang telah melakukan pelanggaran

2.      Memberikan suatu kesempatan bagi siswa 

 

Kelompok 2:

1. Bagaimanakah merumuskan keyakinan kelas?

2. Apa yang Anda pahami terkait kebutuhan dasar manusia

Jawaban: 

1.    Orientasi kepada siswa tentang pentingnya keyakinan kelas bagi kelancaran proses pembelajaran, menyepakati waktu diskusi kelas wajib dilakukan, guru memimpin diskusi terkait kesepakatan, guru menampung ide gagasan maupun masukan terkait hal yang akan disampaikan, umpan balik, penyampaian hasil diskusi, merancang poster untuk keyakinan kelas, menyampaikan hasil rancangan poster, mengevaluasi rancangan poster, mengevaluasi kembali keyakinan kelas, mensosialisasikan hasil keyakinan kelas yang telah disepakati dengan siswa

 

2. Kebutuhan dasar manusia menurut teori yang saya pahami adalah Paramida kebutuhan Abraham Maslow. Teori yang dikenal dengan Hirarki Kebutuhan Maslow menjelaskan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan dari yang terendah sebelum naik ke kebutuhan tertinggi. Maslow menjelasakn kebutuhan dasar manusia dimulai dari kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar untuk mempertahankan dirinya secara fisik. DIlanjutkan pada tingkatan kebutuahan lainnya hingga pada kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang digunakan untuk menunjukan dirinya pada orang lain.

 

Kelompok 3:

Lima  posisi kontrol sebagai guru : 

1.      Penghukum

2.      Pembuat Rasa Bersalah

3.      Teman

4.      Pemantau 

5.      Manajer

 

Langkah-langkah penerapan segitiga restitusi :

1) menstabilkan identitas; 

2) validasi tindakan yang salah; 

3) menanyakan keyakinan.