Juranal refleksi dwi mingguan ke-10
Modul 3.3 Perencanaan program
berdampak positif pada murid
Saya merasa bersyukur bisa sampai di modul 3.3 Perencanaan program berdampak positif pada murid. Masuknya modul 3.3 tentu menjadi tanda bahwa ini adalah modul terakhir dalam rangkain diklat calon guru penggerak. Meski modul pamungkas namun muatan modul ini sangat kompleks. Sehingga saya merasa menemukan banyak informasi bermanfaat.
Mengeksplorasi
modul ini saya menjadi teringat akan pengalaman saya waktu mengikuti program
sekolah baik jenjang SD, SMP, SMA maupun hingga perkuliahan. Kegiatan tersebut
memiliki karaketrisik sendiri, tujuan hingga manfaatnya. Bedanya dengan materi
yang saya dapatkan di modul ini bahwa dulu saya hanya mengikuti instruksi
seperti boneka. Sekarang paradigma berubah, guru dituntut melibatkan suara
murid. Murid yang memegang kendalai atau putusan tetapi relevan/cocok dengan
tujuan pembelajaran. Posisi guru sebagai control/manajer/teman dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Hal
baik yang saya dapatkan dalam modul ini bahwa guru harus melibatkan peran
murid. Murid jangan dijadikan seperti boneka. Murid harus dimintai
pendapat/suara maupun pilihan dalam melakukan program. Murid harus memliki jiwa
student agency/kepemimpinan murid. Sedangkan hambatan yang saya alami adalah
adanya even PPKS (Penilaian Prestasi dan Kinerja Kepala Sekolah). konsentrasi
menjadi terpecah antara mengeksplorasi metari dengan melaksanakan PPKS yang
penuh dengan keja administratif. Awalnya memang berat, perlahan dengan
menerapkan skala prioritas/manajemen waktu secara disiplin benturan kegiatan
dapat tertatasi. Ada satu tindakan maan yang harus didahulukan kemudian
istirahat sebentar kemudian melanjutkan kegiatan agar semua berjalan
beriringan. Ini memang berat namun teratasi.
Perasaan
saya merasa senang selama mengikuti modul 3.3. ini terjadi karena saya belajar
membuat program agar melibatkan murid. Menjadikan murid mitra kemudian
mendengarkan suara maupun pilihan murid. Dulu program yang terpenting murid
mengikuti sedangkan sekarang kolaborasi. Sedikit memeberi peran pada murid agar
berperan dalam memimpin pembelajaran. Ini pengalaman yang belum pernah saya
alami. Peradigma memang harus dirubah, dengan lebih mendengarkan pendapat murid
sebagai student agency. Jangan sampai anak merasa susah berpendapat. Murid pancing
agar berani berpendapat. Ada pendapat murid seperti ini, menurut kalian
bagaimana. Agar tidak menjadi bebas kita bisa ambil peran untuk mengarahkan.
Lelahnya
mengeksplorasi modul 3.3 terbayar dengan banyaknya ilmu yang saya dapatkan. Saya
menjadi tahu adanya student agency/kepemimpinan murid melalui suara murid,
pilihan murid dan kepemilikan murid. Juga adanya 7 karakter lingkungan belajar
untuk murid. Muaranya adalah bagaiaman pembelajaran berpihak pada murid dan
memberikan kesempatan murid untuk memimpin pembelajaran.
Apa
hal yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di
masa depan. Apa aksi yang saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini.
Di
masa depan saya tidak ingin menjadikan murid sebagai boneka. Tetapi murid
adalah manusia yang seutuhnya hidup. Akan saya jadikan murid mitra. Mereka harus
menampilakn suara murid, pilihan murid dan kepemilikan murid. Rasanya sangat
indah ketika murid saya bersikap baik dengan penuh kesadaran. Dibandingkan mereka
menjadi jagoan juara atau penghafal rumus matematika. Namun, hatinya terasa
gersang karena tidak memiliki sentuhan yang manusiawi.
0 komentar:
Posting Komentar