Edutainment Nusantara

LETS MAKE HARMONY

Sabtu, 12 November 2022

Juranal refleksi dwi mingguan ke-10 Modul 3.3 Perencanaan program berdampak positif pada murid

Juranal refleksi dwi mingguan ke-10

Modul 3.3 Perencanaan program berdampak positif pada murid

Saya merasa bersyukur bisa sampai di modul 3.3 Perencanaan program berdampak positif pada murid. Masuknya modul 3.3 tentu menjadi tanda bahwa ini adalah modul terakhir dalam rangkain diklat calon guru penggerak. Meski modul pamungkas namun muatan modul ini sangat kompleks. Sehingga saya merasa menemukan banyak informasi bermanfaat.

Mengeksplorasi modul ini saya menjadi teringat akan pengalaman saya waktu mengikuti program sekolah baik jenjang SD, SMP, SMA maupun hingga perkuliahan. Kegiatan tersebut memiliki karaketrisik sendiri, tujuan hingga manfaatnya. Bedanya dengan materi yang saya dapatkan di modul ini bahwa dulu saya hanya mengikuti instruksi seperti boneka. Sekarang paradigma berubah, guru dituntut melibatkan suara murid. Murid yang memegang kendalai atau putusan tetapi relevan/cocok dengan tujuan pembelajaran. Posisi guru sebagai control/manajer/teman dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hal baik yang saya dapatkan dalam modul ini bahwa guru harus melibatkan peran murid. Murid jangan dijadikan seperti boneka. Murid harus dimintai pendapat/suara maupun pilihan dalam melakukan program. Murid harus memliki jiwa student agency/kepemimpinan murid. Sedangkan hambatan yang saya alami adalah adanya even PPKS (Penilaian Prestasi dan Kinerja Kepala Sekolah). konsentrasi menjadi terpecah antara mengeksplorasi metari dengan melaksanakan PPKS yang penuh dengan keja administratif. Awalnya memang berat, perlahan dengan menerapkan skala prioritas/manajemen waktu secara disiplin benturan kegiatan dapat tertatasi. Ada satu tindakan maan yang harus didahulukan kemudian istirahat sebentar kemudian melanjutkan kegiatan agar semua berjalan beriringan. Ini memang berat namun teratasi.

Perasaan saya merasa senang selama mengikuti modul 3.3. ini terjadi karena saya belajar membuat program agar melibatkan murid. Menjadikan murid mitra kemudian mendengarkan suara maupun pilihan murid. Dulu program yang terpenting murid mengikuti sedangkan sekarang kolaborasi. Sedikit memeberi peran pada murid agar berperan dalam memimpin pembelajaran. Ini pengalaman yang belum pernah saya alami. Peradigma memang harus dirubah, dengan lebih mendengarkan pendapat murid sebagai student agency. Jangan sampai anak merasa susah berpendapat. Murid pancing agar berani berpendapat. Ada pendapat murid seperti ini, menurut kalian bagaimana. Agar tidak menjadi bebas kita bisa ambil peran untuk mengarahkan.

Lelahnya mengeksplorasi modul 3.3 terbayar dengan banyaknya ilmu yang saya dapatkan. Saya menjadi tahu adanya student agency/kepemimpinan murid melalui suara murid, pilihan murid dan kepemilikan murid. Juga adanya 7 karakter lingkungan belajar untuk murid. Muaranya adalah bagaiaman pembelajaran berpihak pada murid dan memberikan kesempatan murid untuk memimpin pembelajaran.

Apa hal yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan. Apa aksi yang saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini.

Di masa depan saya tidak ingin menjadikan murid sebagai boneka. Tetapi murid adalah manusia yang seutuhnya hidup. Akan saya jadikan murid mitra. Mereka harus menampilakn suara murid, pilihan murid dan kepemilikan murid. Rasanya sangat indah ketika murid saya bersikap baik dengan penuh kesadaran. Dibandingkan mereka menjadi jagoan juara atau penghafal rumus matematika. Namun, hatinya terasa gersang karena tidak memiliki sentuhan yang manusiawi.

  

0 komentar:

Posting Komentar