Ki Hajar Dewantara atau yang lebih populer dengan istilah KHD, memiliki pemikiran yang luar biasa tentang kosep pendidikan merdeka belajar. Menurut beliau, mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani.
Konsep merdeka belajar sangat relevan dengan zaman maupun kultur masyarakat Indonesia. Bahwa anak harus hidup sesuai dengan kodrat alam maupun kodrat zamannya. Anak harus merdeka dalam belajar, mereka merdeka untuk menentukan bakat dan minatnya sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Sedangkan, Guru menjadi katalis untuk menuntun anak mencapai kebahagian dan keselamatan yang setinggi-tingginya.
Sejatinya anak lahir sudah membawa cetakan/blue print berupa watak. Ini merupakan pembawaan yang sudah jadi kodrat. Memaksanya untuk merubah dengan menerapkan sebuah doktrin bukan lah tujuan utama pendidikan. Anak tidak lagi merdeka, mereka terkekang pemikiran sehingga membatasi kreatifitas.
Masyarakat kita, memang sudah tidak hidup di zaman kolonialis. Namun ketika pemikiran tak lagi berkembang sehingga miskin imajinasi, daya nalar, ketakutan untuk berpikir kreatif maupun kritis. Mungkin inilah sebuah petaka, bisa jadi anak didik kita merasa hidup seprti pada zaman kolonial.
Inilah jawaban atas pemikiran Ki Hajar Dewantara mengapa konsep pendidikan beliau sangat relvan saat ini. Bahwa anak didik harus hidup sesuai kodrat alam dan zamannya. Jangan mewarisi praktik kolonial dalam pendidikan.
Sekarang adalah era industri 4.0 bahkan di negara lain sudah memasuki 5.0 hingga robotik. Anak didik harus bersiap menghadapi tantangan zaman dengan memiliki bekal dalam era indutri 4.0 hingga robotik. Namun, KHD juga menegaskan bahwa anak-anak juga harus sadar tentang kodrat alamnya. sebuah keadaan di mana mereka harus tau asalnya dari bangsa timur sehingga jangan lupakan adab dan etika.
Untuk mempertebal pemahaman tentang kodrat alam pada anak didik, bisa diterapkan budaya Banyumasan dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, penggunaan bahasa banyumasan atau demonstrasi permainan tradisional asli banyumas seperti begalan atau egrang.
Peneladanan tokoh khas yang menjadi karakter Banyumas yaitu Bawor yang memiliki sifat momong, walaupun sakti tidak pernah sombong dan selalu memperhatikan akhlak. Pada zamannya, anak didik kita akan hidup di masayrakat. Mereka hidup tidak hanya mengandalkan otak tetapi juga sikap (attitude).
Ini sama dengan filosofi KHD bahwa pengembangan budi pekerti (olah cipta, olah karya, olah karsa, dan olah raga) yang terpadu menjadi satu kesatuan. Beliau juga memberikan pemikiran positif yang menjadi konsep pemikiran pendidikan yaitu:
1. Prinsip kepemimpinan sebagai seorang guru yaitu:
- Ing ngarso sung tuladho (maka orang tua atau guru sebagai suri tauladan anak dan siswa)
- Ing madya mangun karso (yang ditengah memberikan semangat ataupun ide-ide yang mendukung)
- Tut wuri handayani (yang dibelakangan memberikan motivasi
2. Sistem pendidikan yang dilakukan yaitu menggunakan sistem among atau Among Methode artinya guru itu menjaga, membina dan menididk anak kasih sayang
3.Tri pusat pendidikan yaitu yang mewarnai peserta didik adalah keluarga, sekolah dan masyarakat.
4. Asas asas dalam pendidkan ada 5 yaitu :
- Asas Kemerdekaan
- Asas Kodrat Alam
- Asas Kebudayaan
- Asas Kebangsaan
- Asas Kemanusiaan
Ingat selalu sebuah analogi yang KHD sampaikan. Bahwa guru tak ubahnya seorang petani yang merawat kebun. Dalam kebun itu ada tanaman jagung atau lainnya. Tugas petani merawat tanaman sebaik-baiknya agar tumbuh baik.
Kegiatan pembelajaran di luar kelas |
Penulis:
Binton Mustofa, S.Pd
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Banyumas
Mantap Pak Binton👍👍
BalasHapusmaturnuwun mas....
Hapus